Bab 71 - Pemain Cadangan

614 91 22
                                    

"Selamat pagi!" seru Risa pada langit-langit kamarnya. Masih bocor, masih busuk. Tapi bukan itu yang membuatnya berteriak kencang. Risa tak pernah merasa begitu bersemangat sejak kepindahan Hara dan semua kejadian yang menimpanya bertubi-tubi. Semangatnya belum pulih penuh, tapi cukup untuk membuat Risa menanti-nanti hari ini.

Hari ini adalah hari H kunjungan sosial dalam rangka HUT Litarda sesuai ide yang ia cetuskan dalam pitching beberapa bulan yang lalu. Reo mempercayakan seluruh jalannya kegiatan pada Risa. Risa mendapat banyak pujian dari para pengurus OSIS. Mereka bilang tidak biasanya anak kelas X diberi tanggung jawab sebesar ini. Tak mau mengecewakan mereka, sejak tiga hari yang lalu Risa secara rutin dan teliti mengecek setiap detail kegiatan dan melakukan briefing pada semua panitia.

Pagi-pagi buta Oryza dan Reo, sudah mengetuk pintu rumah Risa. Disusul Secha dan Tara 15 menit kemudian. Mereka memang berencana memasak sarapan untuk semua panitia. Sedangkan untuk makan siang, karena jumlahnya yang terlalu banyak, Risa dan ibunya belum bisa menyanggupi. Jadi mereka memesan dari sebuah katering dan akan diantar langsung ke tempat acara.

"Sayang, jangan dicemilin semua! Nanti kurang!" Oryza mengomeli Reo. Dari tadi cowok itu terus mencuil-cuil daging asap keju yang Risa masak. Kalau Risa hitung-hitung sudah lenyap 5 lembar gara-gara Reo. "Cuci piring aja sana," usir Oryza.

"Fine, fine." Pura-pura ngambek, Reo menyeret langkah menuju wastafel cuci piring sesuai instruksi pacarnya.

"KAAAK! Banyak banget sabunnya!" Risa berteriak histeris saat Reo mengucurkan sabun cuci piring seperti saus maple di atas pancake.

Reo cepat-cepat menutup dan menyingkirkan botol sabun cuci piring ke dekat keran, menatap Risa dengan penuh rasa bersalah. "Sori ... Di rumah gue pakai dish washer ..."

Ealah. Elit bener.

Oryza memijat keningnya yang mulai pening karena ulah Reo. "Kamu, nyantai aja di sofa ya."

Risa, Secha dan Tara terkikik bersamaan menyaksikan Oryza mendorong tubuh Reo seperti koper ke arah ruang tamu.

"Duh, Oza cantik banget sih. Gimana caranya bikin anak secantik kamu, Nak?" puji ibu Risa sekembalinya dari membuang sampah.

Oryza menggeleng malu-malu. "Ih, Ibu. Risa juga cantik lho."

"Cantik apanya? Aku hampir ditukar guling sama sekarung beras di pasar." Gerutuan Risa meledakkan tawa semua orang di dapur.

"Nggak ditukar guling, Risa. Ibu waktu itu lupa bawa dompet. Cuma diem sebentar nunggu Ibu ngambil dompet di rumah," Rahma membela diri.

"Ya kenapa Risa nggak diajak pulang juga? Malah disuruh bantu tukang berasnya jualan."

Tiba-tiba Oryza meraup pipi Risa dan menggeleng-gelengkan paksa kepala Risa seperti mainan. "Lucu banget sih kamuuu! Bu Rahma, Risa aku bawa pulang ya! Aku jadiin adik aja!"

"Bawa aja, Oza. Asal bisa ngurusnya. Dia kalau makan nggak ada jengkol suka kesurupan."

"IBUK! BOHONG AH! Risa nggak suka makan jengkol!"

"Risa, nanti gue bawain jengkol. Pembokat gue juga doyan jengkol. Selalu nyetok," Reo nimbrung dari ruang tamu.

Hancur sudah reputasi Risa karena ibunya sendiri.

* * *

50 kotak sarapan berhasil mereka siapkan tepat waktu. Masing-masing kotak berisi tiga tangkup sandwich daging asap keju, sekotak susu coklat UHT, jeruk dan jeli. Penuh semangat, Reo akhirnya menemukan perannya pagi itu yaitu mengangkut kotak-kotak sarapan ke dalam mobil.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang