Kemarin Risa sedang sibuk di dapur. Memasak untuk seisi rumah ini ternyata lebih membuatnya stres daripada mengerjakan soal matematika di bawah ancaman Hara. Hampir saja malam ini Risa dihantui roh gentayangan seekor ikan gurami yang ia aniaya. Sayatan pisau Risa pada badan ikan gurami itu membentuk sebuah pola abstrak yang rumit. Mata si ikan buta sebelah seperti bajak laut.
"Ibuuu! Ini gimanaaa?" jerit Risa frustasi lewat pengeras suara ponselnya. Chef Dede tidak bisa diganggu karena sedang sibuk bekerja. Ibunya adalah harapan terakhir Risa sebelum ia dipecat.
"Coba Ibu lihat, mana ikanmu—Ya Tuhan, Risa! Dendam apa kamu sama ikannya?"
"Nggak dendam apa-apa, huhuhu!" Risa berjongkok di lantai dapur pasrah pada nasib. Lebih baik keluarga ini cari juru masak lain saja yang lebih profesional dan tidak cengeng.
"Kenapa nggak beli yang fillet aja?"
"Dikiriminnya begini dari central kitchen restorannya Pak Oscar! Masih idup! Maunya tadi Risa lepas di got biar pulang sendiri ke laut."
"Risa, ikan gurami itu air tawar. Nggak di laut."
"Oh ..." Risa baru tahu.
"Ya udah, potong sebisamu aja. Yang penting kamu bener-bener bersihin dalemnya. Jangan nangis! Malu ah sama Hara!"
Hara? Kenapa nama Hara dibawa-bawa?
Risa benar-benar kusut sendiri, sampai-sampai ia tak sadar kalau seseorang sudah masuk melalui pintu depan dan diam-diam berdiri di pintu dapur.
"AAA!"
Jeritan melengking meledak di pintu dapur ketika Risa membalik badan. Saskia di sana, melotot horor menyaksikan Risa memegang pisau dengan tangan bersimbah darah.
"Kak! Kak Saskia! Ini darah ikan!" Risa mencoba menenangkan sambil menunjuk ikan gurami yang menjadi korban teronggok tak bernyawa di dekat wastafel.
Saskia merosot di tiang pintu mengurut dada dan mengatur napasnya kembali. "Risa! Bikin takut aja!"
"Ma ... maaf, Kak ..." Risa meletakkan pisau dan cepat-cepat membersihkan kekacauan itu. "Jangan bilang-bilang Kak Hara ya—"
"Bilang-bilang apa?"
Risa menelan ludah. Hara Dhana sudah berdiri di belakang Saskia, urung memakai jaket mendengar namanya disebut. Mata laki-laki itu memicing curiga saat Risa menggeser tubuh mencoba menyembunyikan si ikan gurami dari radar Hara. Percuma. Tubuh Hara yang jauh melampaui Risa membuat Hara dengan mudahnya berjinjit, melihat melalui atas ubun-ubun Risa.
"Astaga."
Mata Hara terpejam sebelum ia memalingkan wajah. Bahkan Hara merasa pemandangan itu terlalu sadis.
"Pasang garis Polisi dan panggil ambulans. Kali aja nyawanya masih bisa ditolong."
"Kak, yang bener aja. Masa panggil ambulans buat ikan gurami?" Risa bertanya dengan nada datar dilatari tawa Saskia.
Kedua alis Hara bertaut. "Trus? Itu ikan mau dikubur apa dikremasi?"
Halah!
Hara beralih pada Saskia. "Heh, jangan ketawa aja! Mana kunci mobil lo?"
Saskia merogoh saku celana jinsnya dan mengoper serenteng kunci mobil pada Hara. "Makasih ya, Hara sayang!"
Hara menarik tubuh sebelum Saskia bisa memeluknya. "Makasih, makasih! Dateng-dateng bawa mobil rusak! Nggak usah punya mobil kalau nggak bisa ngerawat!" gerutu Hara panjang lebar sembari merampas kasar kunci mobil dari tangan Saskia. Walau mengomel, Hara tetap melangkah pergi untuk membawa mobil Saskia ke bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...