TOTALITAS!
Penampilan Adeline menampar para peserta lainnya. Dari pakaian, suara, aksi panggung, sampai dukungan fans, Adeline sudah pasti menang. Menonton penampilannya, seperti menonton konser artis terkenal. Selama sejenak Risa ikut menggila bersama teman-temannya dan melupakan permasalahan yang melandanya.
"Aku ... Aku nggak kelihatan ..."
Nasib punya badan kecil. Risa terbenam di belakang tubuh-tubuh tegap teman-teman sekelasnya. Semua orang berdiri dari duduknya mengangkat lightstick. Bahkan mereka yang bukan suporter ikut-ikutan bernyanyi bersama Secha.
"Guys! Risa kelelep! Help!"
Christie dengan bodohnya mencoba menarik tangan Risa dari atas. Tentu tidak bisa. Memangnya Risa apa? Ubi jalar yang bisa dicabut begitu saja dari tanah?
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang menangkap pinggang Risa dan mengangkatnya hingga bisa berdiri di atas kursi. Kak Hara? Risa diam-diam berharap.
"Badanmu ringan banget ya."
Reo nyengir saat Risa menoleh untuk memastikan siapa pemilik tangan itu. Oryza menyusul masuk dan melambai padanya.
"Kalian nonton lomba karaoke juga?" tanya Risa begitu Adeline selesai tampil. Ia penasaran apakah pamor Adeline sekencang itu sampai pasangan Raja dan Ratu Litarda bersedia hadir menonton.
"Sebenernya nggak." Reo membuka pintu auditorium dan menahannya untuk Oryza dan Risa. "Tapi tadi kita lihat anak-anak kelasmu heboh banget, jadi kita penasaran."
"Kalian keren banget sih! Cuma lomba karaoke tapi jadi rame!" puji Oryza. Gadis itu mudah sekali dibuat kagum.
"Iyalah. Mandornya galak," gerutu Risa dengan volume suara yang hanya bisa ia dengar sendiri.
"Sayang, aku ke toilet dulu ya."
Reo meninggalkan Oryza dan Risa berdua berjalan masuk ke arah toilet laki-laki. Risa sebenarnya ingin berpisah dari pasangan ini. Dia tidak bisa membiarkan mereka berdua terus-terusan mengasuhnya. Tapi Risa tak bisa menemukan teman-teman sekelasnya.
"Risa, mau minum nggak?" Belum sempat Risa menjawab, Oryza sudah menariknya ke sebuah mesin penjual otomatis. Ia memindai kode dompet digital dari layar ponselnya dan bertanya lagi. "Kamu mau apa?"
"Umm ... teh aja, Kak ..."
Jari lentik Oryza menekan satu tombol untuk teh hijau dan satu tombol air mineral. Dua botol minuman menggelinding jatuh dengan bunyi keras, muncul di lubang pengambilan bagian bawah mesin. Cepat-cepat Risa membungkuk mengambil minuman mereka. Begitu tubuhnya tegak kembali, Oryza sudah berhadapan dengan seorang cewek. Rambutnya panjang kemerahan, alisnya tebal, begitu juga seluruh riasan di wajahnya. Ia mengenakan baju tanpa lengan berbahan chiffon, celana jins slim fit dan sepatu heels berwarna coklat.
"Ingka ..." Oryza memaksakan senyum menyapa gadis itu. Belum pernah Risa melihat wajah jelitanya setegang itu.
"Oh, halo Oryza!" balas gadis itu, sebelah alisnya mengedik. "Sama Reo?"
"Iya ... Reo lagi di toilet."
"Wah, masih aja kuat sama Reo," sindir Ingka disertai senyuman menyeringai.
Risa tidak suka perempuan itu. Tengkuknya langsung merinding.
"Aku cuma mau bilang, besok Reo ke rumahku. Mungkin nginep."
Engsel mulut Risa lepas. No way! Cewek ini tidak mungkin punya hubungan keluarga dengan Reo. Kalau begitu kenapa Reo menginap di rumahnya dan cewek ini repot-repot melapor pada Oryza?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Ficção Adolescente[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...