"Ris, lo ikut gue ya rapat HUT Litarda ya. Pliiis!"
Sudah ketiga kalinya Secha memohon soal hal itu. Kali ini cewek itu datang membawa sekotak donat mahal yang tidak berani Risa sentuh sekali pun di kantin. Ya kali, satu buah donat itu bisa berharga 75 ribu rupiah! Dan Secha membawakan Risa setengah lusin!
"Kenapa gue harus ikut sih? Ketua kelasnya kan lo," Risa mencoba menghindar. Sebenarnya dia sudah bisa membaca ke mana arah permintaan Secha.
"Kan lo adik bimbingannya Kak Hara ..."
"Trus?" Risa mengangkat sebelah alis.
"Ya biar kelas kita nggak kena marah aja sih ..."
Mana mungkin! Risa menggerutu dalam hati. Yang ada nanti cowok itu marah-marah tanpa alasan yang jelas karena melihat muka Risa di ruangan itu. Lagipula, sebentar lagi Risa tidak menjadi adik bimbingan Hara. Hubungan mereka tak akan lebih dari juru masak dan majikan.
Ya, sepulang bertemu dengan Hara, Risa langsung bicara pada Aksa perihal pindah bimbingan. Aksa sempat kelihatan terkejut dengan permintaan mendadak Risa, tapi laki-laki itu tak bertanya lebih lanjut. "Oke, nanti aku tanya ke Reo gimana prosedurnya ya." Malamnya sudah ada notifikasi pengajuan pindah bimbingan di portal siswa Risa dan statusnya dalam proses persetujuan.
Risa tak bisa mengelak lagi dari Secha. Cewek itu membuntuti Risa ke mana-mana sampai Risa menyerah sendiri. Akhirnya sepulang sekolah, Risa mengekor Secha ke Ruang OSIS.
Di antara anak-anak kelas X, tentu saja Risa yang paling familiar dengan ruangan itu. Paling tidak seminggu sekali dia menemui Hara untuk bimbingan ditambah kadang-kadang dia menunggu Hara selesai rapat OSIS untuk pulang. Kali ini perasaan Risa campur aduk terhadap ruangan itu. Terakhir kali ia berada di sana, ia berseteru dengan Hara dan sampai sekarang mereka berdua belum kembali bertegur sapa.
Ruangan sudah penuh dengan perwakilan dari masing-masing kelas. X-Delta bukan satu-satunya kelas yang hadir berdua. Ada yang malah datang berempat. Risa curiga tiga orang dari mereka sebenarnya hanya ingin bertemu dengan Hara.
"Eh, ada Risa."
Suara familiar menyapa dari belakang punggung Risa.
"Kak Aksa? Ikut rapat juga?"
Risa terkejut mendapati Aksa ada di sana bersama satu cowok jangkung dari kelasnya. Secha di samping Risa kelihatan ingin ikut menyapa tapi ia bahkan tak bisa membuka mulutnya. Mulut Secha mengatup rapat seperti direkatkan lem super.
"Iya nih, diajakin. Sekalian nanti aku mau ketemu Reo soal pindah bimbinganmu."
Risa menelan ludah. Tiba-tiba ia gugup memikirkan hal itu. Apa ini artinya sebentar lagi Risa tak lebih seperti cewek-cewek lainnya di Litarda? Tak nampak di mata Hara. Mau beradu pandang saja harus berdoa dan puasa semalaman.
"Risa!" Oryza menyapa riang saat melihat Risa di ruangan itu. Risa membalasnya dengan lambaian kecil.
"Kenapa sih orang-orang keren di Litarda nyapa lo semua? Kalau jadi anak bimbingannya Hara langsung auto-populer gitu ya?" bisik Secha iri.
Risa tahu Secha tidak bermaksud menyindirnya, tapi tetap saja ucapan itu tidak enak didengar di telinga Risa. Kesannya Risa hanya memanfaatkan Hara untuk ketenarannya sendiri. Padahal ada banyak cerita Risa dengan orang-orang di dekat Hara.
"Siang semua."
Hati Risa mencelos mendengar suara Hara dari arah pintu. Tidak hanya mencelos, rasanya jantung Risa hampir copot melihat apa yang Hara kenakan.
"Lho, Hara tumben pakai jaket warna-warni? Kemarin disuruh pakai baju merah buat 17 Agustusan aja nggak mau," komentar salah seorang pengurus OSIS perempuan berkulit sawo matang dan berambut keriting. Kalau tidak salah namanya Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Fiksi Remaja[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...