Bab 35 - The Soultrap

525 95 8
                                    

Hara duduk di holding room, ruang tunggu untuk pengisi acara, mengguling-gulingkan minuman kalengan dingin ke jidatnya. "Njir, itu anak kepalanya dari beton apa gimana sih?" gerutu Hara. Kalau saja tadi Hara tidak kege-eran mengira Risa meraih wajah Hara untuk menciumnya, Hara pasti sempat menghindari sundulan maut Risa.

Di depan Hara ada satu kotak konsumsi dari panitia dan air mineral botol yang tidak Hara sentuh sama sekali. Bukan karena tidak enak. Panitia menyediakan sesuai standar yang mereka minta. Tapi sebuah bungkusan dibalut furoshiki kuning lebih menarik perhatiannya.

Hara tak bisa memilih lebih rindu mana: tingkah tak masuk akal Risa atau bekal buatannya. Beruntung hari ini Hara mendapatkan dua-duanya.

"Pfft! Mirip ..."

Hara menahan tawa, berhadapan dengan wajah hamster yang memenuhi kotak bekal itu. Seketika di mata Hara wajah hamster itu berubah menjadi wajah Risa. Dengan sumpit, Hara mencungkil gembung pipi kanan karakter itu dan melahapnya. Enak. Tapi kalau pujiannya didengar Risa, pasti anak itu besar kepala dan semakin berisik.

"Hara! Buruan! Mau cek sound kan?" Topan, si gitaris, memanggil dari pintu.

"Iye," sahut Hara. Tapi dia tak berniat mempercepat makannya. Bekal buatan Risa harus dinikmati. Bukan diburu-buru.

***

"Vokalisnya gue, gitarnya Topan, nama bandnya The Soultrap. Tapi yang dipanggil namanya Hara," komentar Gill mendengar nama Hara terus dielu-elukan oleh penggemar mereka. Panggung utama di jalan antara Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sudah hampir penuh. Perutnya jumpalitan, selalu begitu sebelum naik ke atas panggung.

"Kita mah cuma uap siomay dibanding anak ini." Topan menambahkan. Tak heran lagi.

Hara hanya menyunggingkan senyum tipis. Matanya sibuk menyisir ke arah kerumunan, mencari sosok mungil Risa dengan cemas. Kalau kerumunan penonton sebanyak ini, sudah pasti dia akan tenggelam lagi.

"Soultrap stand by, ya!" Salah seorang panitia memberi aba-aba.

Hara takut membawa rasa khawatirnya naik ke panggung. Kalau sesuatu terjadi pada Risa, permainan bass-nya jadi terganggu.

Dan di sanalah adik bimbingannya berada.

Di baris paling depan, berdiri tanpa alas apa pun di antara para fotografer. Reo, Oryza, bersama teman-teman sekelas Risa menjaganya dari belakang agar tidak terhimpit. Reo mengangkat jempol dengan cengiran lebar, memberi isyarat pada Hara kalau Risa aman.

Tali tak kasatmata yang mengikat paru-paru Hara akhirnya terlepas, membebaskan aliran napasnya. Sekarang Hara bisa tampil dengan tenang.

* * *

Risa sering melihat Hara berlatih dengan bass-nya tapi belum pernah menonton penampilan cowok itu secara langsung bersama The Soultrap. Terima kasih pada Reo dan segala koneksi saktinya dengan orang-orang di acara tersebut, ia berhasil berdiri di bari paling depan, menyelip di antara para fotografer media. Walau tubuhnya mungil, Risa bisa menonton penampilan Hara dengan nyaman.

Risa kira The Soultrap cuma band pensi anak SMA biasa.

Risa kira Hara cuma sekedar bisa main bass.

Risa kira para penggemar Hara cuma menggilai parasnya yang tampan.

Risa salah.

Penampilan Hara dan band-nya mencengangkan. 5 menit pertama, Risa bahkan tidak bisa mengatupkan mulut. The Soultrap bermain sebaik band-band yang tampil di TV. Risa tidak percaya kalau ia masuk di sekolah yang sama dengan keempat laki-laki itu. Dan jari-jari lihai si pemain bass hampir setiap hari menyentil jidatnya. Di sekolah, mereka terlihat seperti anak-anak SMA biasa. Tapi di atas panggung, mereka adalah superstar!

Setiap detail permainan mereka begitu menyenangkan. Suara Gill yang punya warna tersendiri, petikan gitar Topan yang mengalunkan melodi, hentakan drum Satya yang memberi semangat ...

Lalu Hara.

Risa sama sekali tidak tahu apa-apa soal bass dan pemainnya. Biasanya Risa tak pernah memperhatikan si pemain bass kalau ia sedang menonton sebuah band beraksi. Entah kenapa, matanya cenderung mengabaikan posisi itu. Tapi Hara berbeda. Risa akhirnya paham kenapa nama kakak bimbingannya itu yang paling keras dielukan. Dengan berdiri saja memetik bass-nya tanpa banyak gaya, pesona Hara sudah melampaui teman-temannya yang lain. Belum lagi kalau ia mendapat bagian solo, di mana tak ada yang bersuara selain petikan bass-nya. Rasanya teriakan gadis-gadis di belakang Risa bisa meruntuhkan langit.

Mampus!

Risa terkesiap ketika Hara mengangkat kepala, beralih dari bass-nya untuk memandang tajam ke arah Risa. Risa tak tahu Hara sedang kesal atau memang setelan wajahnya saja, tapi otaknya terlanjur korslet dipelototi begitu oleh kakak bimbingannya dari atas panggung. Pasti gara-gara Hara melihat Risa melamun, bukannya berjoget seperti para penonton lainnya. Maka, Risa pun berinisiatif mencoba melompat-lompat kecil dengan tangan meninju udara. Sayangnya, bukan udara yang ia tinju, tapi dagu fotografer di samping kanannya.

"Eh, eh, maaf, Mas! Maaf!" Risa malu bukan main. Pria itu hanya mengusap janggutnya, mengangguk kecil lalu lanjut membidik The Soultrap dengan kameranya.

Setelah membawakan tiga lagu dalam Bahasa Jepang, The Soultrap berhenti bermain. Gill memunggungi penonton. Entah apa yang ia bicarakan dengan Hara, tapi wajah Hara mendadak tegang. Hara sempat menggeleng sekali, kemudian menampakkan wajah pasrah setelah diserang teman-teman band-nya yang lain.

Gill kembali menghadap penonton. Bibirnya nyengir asimetris, menyiratkan kemenangan terhadap sesuatu. Kemudian ia mendekatkan mikrofon di tangannya ke bibir, menyapa para penggemar mereka untuk kedua kalinya. "Gimana? Masih semangat?"

"MASIIIH!" Risa ikut menjerit, suaranya membaur dengan kerumunan.

"Sebentar lagi ..." Gill melirik ke arah Hara. Ia tak bisa menahan tawa menyaksikan wajah membunuh Hara, sampai-sampai cowok itu harus menjauhkan mikrofonnya lagi dari depan mulut. "Sebentar lagi, kita akan menyaksikan sebuah fenomena yang mungkin hanya akan terjadi sekali dalam seabad. Sini, Bro!"

Penonton menggila saat Gill menyeret Hara ke depan bersamanya. Hara terlihat enggan, tapi dia tak punya pilihan lagi. Semua mata sudah menunggu.

"Hara Dhana akan bernyanyi untuk kita semua."

Tidak hanya penonton yang tercengang dengan pengumuman itu. Hara sendiri pun kaget. 

* * *

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang