"Ganteng. Banget. Sumpah."
Dari balik rak pastry, Christie membidik Hara yang sedang menelepon dengan bingkai buatan dari jarinya. Mr. Lee mengajak kedua orang tua Hara berkeliling. Aksa pergi untuk bertugas pada shift-nya. Sisa Hara sendirian di meja itu jadi pusat perhatian seisi kafe.
"Maaf ya, Ris. Gue tau Kak Hara udah jadi cowok lo, tapi gue tetep ngefans," ujar Christie sembari meletakkan segelas ice americano untuk meja sebelah Hara yang juga sedang cekikian curi-curi pandang ke arah pacar Risa.
"Nggak apa-apa. Aku seneng Kak Hara banyak yang suka." Risa hanya bisa tersenyum pada chicken pie di dalam microwave. Konsekuensi kalau Hara banyak fansnya sudah ia sadari sejak pertama Risa menjadi adik bimbingannya. Yang terpenting Hara sudah membuktikan kalau di hatinya cuma ada Risa. Bahkan saat mereka terpisah jarak ribuan kilometer sekaligus.
"Omaigod. Orangnya dateng." Melihat Hara bangkit dari kursi dan berjalan menuju arah mereka, Christie langsung kabur merapikan meja kotor.
"Jam berapa selesai shift?" tanya Hara. Nadanya ringan dan ceria, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya setelah dikunjungi oleh Oscar dan Erica.
Risa melirik jam tangannya. "30 menit lagi--"
"Udah kok, Kak! Risa udah selesai shift-nya!" Secha meluncur dari mesin kasir, bergegas melepas celemek hamster yang sedang Risa kenakan.
"Hah? Kan belum—"
"Udah sana pacaran," suruh Secha dengan gigi-gigi yang mengatup.
Risa hanya bisa pasrah saat Secha memoles lip tint Tony Molly warna merah apel di bibir Risa dan mendorong tubuh Risa keluar counter sampai hampir bertubrukan dengan Hara. Melihat Hara mengulum senyum, Risa panik dan mengambil tisu berniat menghapus lip tint yang Secha poles tadi. Namun Hara menahan tangannya. "Ngapain dihapus?" Ia bertanya, suaranya lembut hampir berbisik.
"Ng-nggak perlu?" Risa mendadak kikuk.
Hara menggeleng. "Begini lebih manis. Yuk," ajak Hara seraya meraih tangan Risa. Baru saja mereka hendak beranjak, suara sumbang terdengar dari salah satu pengunjung yang dari tadi ternyata memperhatikan mereka.
"Eh itu ceweknya? Biasa aja ya? Kok Hara mau sih?"
Senyum Hara pudar. Ia berhenti bergerak, kecuali matanya yang melirik tajam ke meja si pemilik suara. Lama Hara menatap mereka, seakan siap membuat perhitungan.
"Kak Hara, udah nggak usah diladenin," bujuk Risa cemas Hara bisa naik pitam.
Alih-alih menghampiri mereka, Hara justru beralih menatap dalam-dalam pada mata bulat Risa. "Jangan dengerin apa kata orang ya. Yang penting buat gue, lo tau gue cuma sayang sama lo." Hara lalu meletakkan kedua tangannya menutup telinga Risa ...
Dan mengecup lembut keningnya.
Masih dengan pipi semerah buah persik, Risa menurut saja ketika Hara menggandengnya keluar kafe.
***
Risa yang dari tadi terkurung di dalam ruangan cukup terkejut dengan ramainya halaman sekolah mereka saat ini. Kalau dikira-kira, mungkin jumlah pengunjung sudah bertambah tiga kali lipat.
"Acaranya sukses, Kak!" Risa nyengir memuji Hara.
Tubuh Risa terhuyung saat Hara tiba-tiba merangkulnya erat. "Ngomong apa sih? Kan ini kerja keras semua orang."
Hara selalu begitu, tidak mau mengambil kredit suksesnya sebuah kegiatan sendiri. Karena menurut Hara, dia tidak bisa melakukan semua itu seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...