"Kak Aksa, jangan cemberut dong. Aku nggak tenang nih berangkatnya."
Risa urung masuk ke mobil karena Aksa tak kunjung menanggalkan wajah murungnya saat melepas Risa, Hara dan Saskia berangkat ke Jepang. Dari kemarin saat membantu Risa berkemas, Aksa jadi irit bicara. Lebih irit dari Hara. Dia pasti sedih sekali karena tak bisa ikut bersama mereka. Risa jadi tak tega meninggalkannya.
"Peluk sekali lagi," pinta Aksa manja.
Risa menggeleng, menolak permintaan Aksa. "Nggak mau kalau mukanya masih ditekuk gitu." Kemudian Risa menarik kedua sudut bibirnya sendiri, memberi contoh sebuah senyuman lebar pada Aksa.
Awalnya enggan, tapi perlahan Aksa luluh juga. Bibirnya bergerak mengikuti senyum Risa. Sesuai janji, Risa pun memeluk tubuh Aksa dengan erat.
"Nanti pas nunggu pesawat video call ya. Pas di atas pesawat kalau nggak bisa tidur, kamu beli wifi on board aja dan chat aku. Nanti aku ganti uangnya. Pas landing kabarin. Sampai hotel juga kabarin—"
Risa memotong pesan Aksa sebelum mereka terlambat. Dia takut Hara dan Saskia mulai gusar menunggu di dalam mobil. "Iya, Kak. Iya. Nanti aku live report."
Jawaban Risa membuat ibu si kembar dan ibu Risa bersamaan menahan tawa.
"Hati-hati ya. Jaga kesehatan," giliran ibu Risa memeluk anaknya untuk kedua kalinya petang itu. Kemudian wanita itu menengok isi mobil. "Hara dan Saskia juga, hati-hati ya."
"Iya, Tante." Suara Hara dan Saskia berpadu mengiyakan.
Pesan hati-hati diucapkan lagi oleh Oscar dan Erica, kemudian Pak Husni mengendarai mobil itu meninggalkan rumah keluarga Dhana menuju Bandara Soekarno-Hatta. Selama perjalanan, mobil cenderung hening. Di kursi depan, Hara menyumpal kedua telinganya dengan headset. Risa familiar dengan headset yang dipakai Hara. Itu adalah kado ulang tahun dari Saskia. Di samping Risa, Saskia sibuk membuat Instastory. Sedangkan Risa membalas pesan WhatsApp yang tak henti-hentinya masuk ke ponselnya.
"Duh, belum juga naik pesawat udah kangen aja sama Aksa," goda Saskia mencoba mengintip layar ponsel Risa.
Risa tertawa kecil. "Ini Kak Reo nanya kita di mana. Dia sama Kak Oryza udah di Terminal 3 katanya."
"Kenapa nanyanya ke lo? Nggak ke Hara?"
Kepala Hara yang terkulai miring dari sandaran kursi menjawab pertanyaan Saskia. Ternyata dalam diamnya, Hara sudah terlelap dari tadi. Saskia segera menyelipkan tangannya di samping leher Hara untuk menyangganya. Detik itu juga Hara terbangun dengan kaget.
"Awas lehermu sakit."
Ya, Risa sadar kalau Hara dan Saskia sudah mengubah kata sapa mereka menjadi 'aku-kamu'. Sekarang tak ada lagi yang meragukan hubungan mereka.
"Oh, thank you," ucap Hara singkat sambil menegakkan tubuhnya lagi. Ia tak kembali pada tidurnya.
Risa belum pernah ke Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Lebih tepatnya dia baru pernah naik pesawat satu kali saat study tour SMP ke Bali. Itu pun berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma. Besarnya terminal itu membuat Risa bingung. Kalau saja Hara tidak cekatan mengarahkan ke mana mereka harus melangkah, Risa yakin dia pasti tersesat di dalam sana.
"Risa! Hara! Saskia!" Oryza melambai dari salah satu meja di bakery dekat pintu imigrasi. Di sana tidak hanya ada Oryza dan Reo, tapi juga Secha, Christie, Tara, Adeline, juga Faldo.
"Lah, lo ikut?" tanya Risa kaget melihat wajah Faldo di sana. Seminggu yang lalu Faldo sempat bilang dia tidak ikut karena tidak ada dana. Sekarang dia di sini bersama mereka, lengkap dengan koper, jaket tebal, dan syal.
![](https://img.wattpad.com/cover/198782895-288-k206858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...