Bab 30 - Berkomplot

543 86 18
                                    

"Makasi ya, Pak Husni!" teriak Risa lantang sebelum keluar dari mobil keluarga Dhana. Dia tidak cuma keluar, tapi berguling keluar lalu berputar-putar riang.

Pak Husni menurunkan kaca mobil. "Mbak Risa kelihatannya seneng banget?" Mata pria itu memicing, mulai menampakkan gelagat agen intelijennya.

"Iya dong, Pak!" Tak ada gunanya Risa berbohong. "Kak Hara nggak masuk karena sakit! Saya bebas dari bimbingan! Nggak ada yang marahin saya! Saya boleh turun jauh-jauh dari sekolah! Wihiii!" Risa berputar menjauhi mobil.

Satu klakson menghentikan Risa. Berasal dari sebuah mobil mini cooper biru metalik. "Risa kok jalan kaki?" tanya Reo, melewati seorang gadis yang duduk di kursi penumpang depan. Risa tahu gadis itu. Namanya Oryza, dia Miss Litarda tahun lalu.

"Halo, Risa!" Oryza, si gadis cantik dan anggun, ikut tersenyum menyapanya.

Risa yang merasa hamba sahaya di hadapan mereka berdua membalas sapaan dengan malu-malu. "Halo Kak Reo, Kak Oza! Kak Hara sakit. Nggak masuk."

"Tadi naik apa?" tanya Reo

"Di-drop Pak Husni di pertigaan. Eh, jangan bilang Kak Hara. Aku yang minta di-drop di sana kok," Risa menambahkan cepat-cepat.

"Ayo, masuk. Bareng aja sampe sekolahnya."

Mendengar ajakan Reo, Risa menggeleng. "Nggak usah, Kak! Nanti--"

"Udah, ayo bareng kita aja."

Risa tak menyangka Oryza sampai keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang untuk Risa. Kalau sudah begini, Risa tak mungkin menolak. Oryza itu ibu perinya Litarda. Wajah dan hatinya sama cantiknya. Kalau ini lawannya, teman Risa yang bernama Tara tidak akan punya kesempatan mendapatkan Reo. Risa jadi sedih.

Yang lebih membuatnya sedih adalah peringatan Hara yang bilang Reo itu playboy. Dan Oryza tahu Reo juga jalan bersama beberapa perempuan lainnya. Entah apa yang membuat gadis itu masih bertahan di sisi Reo.

"Jadi, Hara sakit?" tanya Reo setelah beberapa kali mencuri pandang melirik Risa dari kaca spion.

"He-eh." Risa mengangguk, lagi-lagi senyum lebarnya mengembang.

"Kenapa kamu seneng banget gitu?"

"Karena aku bebas dari bimbingan! Nggak ada yang marahin aku!" Risa terpaksa mengulangi jawabannya, tapi ia tak masalah. Jawaban Risa mengundang gelak tawa Reo dan Oryza.

"Hara segalak itu ya?" Oryza bertanya pada Reo. "Kok sama aku kayaknya baik-baik aja?"

"Ya ... siapa sih yang tega marahin kamu, Sayang? Tanya aja tuh adik bimbingannya."

Risa bergidik. "Dih, Hara Dhana mah iblis." Dua dispenser boba tea tidak bisa membeli pendapatnya soal Hara.

Oryza dan Reo sinkron tertawa lagi. Tawa Oryza yang pertama surut. Keningnya perlahan bertaut. Ia memicingkan mata, memaksanya berfokus pada satu sosok di dekat gerbang. "Itu ... bukannya Hara?"

"HAH?!" Risa menyeruduk di antara bahu Oryza dan Reo, memastikan Oryza salah lihat.

"Eh? Iya ..." Reo mengonfirmasi.

Benar. Hara Dhana berdiri memakai jaket OSIS-nya, berdiri menunduk melihat layar ponselnya.

"Mampus! Kak Reo, aku ngumpet dulu! Jangan sampai dia lihat aku di sini! Aku belum ngerjain tugas bimbingan!"

Risa gelagapan, mencoba mencari-cari cara bagaimana menyembunyikan dirinya sendiri di mobil yang mungil itu. Tidak muat! Sela-sela kursi tidak muat karena berisi kotak sepatu Reo. Sepertinya Risa hanya bisa bersembunyi di dalam tas ranselnya sendiri.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang