"Uwaaa!" Risa berseru bahagia.
Pagi itu rombongan Litarda sarapan di Tsukiji Fish Market. Mereka bebas berkeliling pasar dan mencoba makanan apa pun. Masing-masing orang diberi uang saku, tapi tentu saja kalau mereka mau menggunakan uang mereka sendiri diperbolehkan.
Walaupun dinamakan fish market, Tsukiji tidak hanya menjual ikan. Banyak hal yang bisa dimakan di sana mulai dari daging, jajanan, buah, cemilan, dan es krim.
Risa dan teman-temannya memulai sarapan mereka di sebuah restoran sushi. Di sana Risa melahap berbagai jenis sushi segar, seperti tuna, udang, salmon, telur ikan, dan ikan ekor kuning. Favorit Risa adalah perut tuna (tuna belly). Ikannya dipotong dengan sempurna, terasa sangat segar dengan sedikit sensasi creamy ketika digigit.
Setelah sushi, Risa melahap sekotak buah stroberi. Risa ternganga melihat betapa besarnya buah stroberi yang dijual di pasar itu. Ia memilih buah stroberi yang berwarna pink pucat. Awalnya Risa ragu. Namun saat ia menggigit buah itu, rasa manis dan segar mengejutkan Risa. Ia belum pernah bertemu stroberi yang seperti ini.
Tsukiji Fish Market adalah sebongkah surga bagi Risa. Ragam makanan yang dijual di dalam pasar itu masing-masing memiliki cita rasa unik yang belum pernah Risa rasakan. Mendadak Risa mendapat banyak inspirasi baru untuk bekalnya. Dalam lima belas menit Risa sudah melompati lima kios dan melahap lima hidangan yang berbeda: abalone bakar, apel lapis karamel, oden, tempura, dan bolu matcha.
Dalam lima belas menit juga Risa kehilangan teman-temannya.
Celaka.
"Guys ..." Risa memanggil, mencoba menahan kepanikannya saat sadar di belakangnya hanya ada gerombolan turis Rusia.
Kemudian ada tangan yang menarik tubuh Risa. Sedetik kemudian, Risa sudah berada dalam dekapan yang familiar. Bidang dada, aroma tubuh, tempo detak jantung, Risa mengenali semuanya.
"Jangan jauh-jauh." Si pemilik tangan memperingatkan.
Risa membisu. Ia kehilangan penjelasan kenapa Hara selalu ada untuk menjaganya di saat yang tepat? Ditatapnya kedua mata jernih Hara, berharap ada jawaban. Namun kakak bimbingannya itu justru menatap Risa balik. Jakun Hara berkedut. Risa semakin gugup.
Apa Hara akan menciumnya lagi seperti kemarin?
Jujur, walaupun ia sedikit bingung dengan sikap Hara, tapi ciuman Hara tak terlupakan di benak Risa. Bagaimana bibir Hara menyentuh lembut bibir Risa sebelum menekannya lebih dalam, Risa seakan bisa merasakannya lagi sekarang.
Tangan kanan Hara bergerak perlahan melepas genggamannya, tapi tak menjauh. Detak jantung Risa tak karuan, mengantisipasi ke mana tangan itu akan mendarat kemudian. Di pipinya? Tengkuk? Atau pinggang?
Ternyata di kotak bolu matcha Risa.
"Bagi ya." Hara permisi sebelum mengambil sepotong bolu dan melahapnya.
Dalam hati Risa ingin sekali menggaruk jalanan beton di bawah telapak kakinya, terlalu malu dengan khayalannya barusan.
"Laper, Kak?" Risa mengerutkan kening menunggu Hara berhenti mengunyah. Aneh. Hara Dhana adalah laki-laki paling aneh yang pernah ia temui.
"Mau cumi bakar nggak?" Hara mengalihkan pertanyaan Risa, menunjuk ke pedagang sate cumi bakar. Tanpa menunggu jawaban Risa, Hara sudah melangkah pergi.
"Beneran laper kayaknya." Risa menghela napas panjang, mencoba mengikuti Hara. Namun baru dua langkah, segerombolan turis Thailand tiba-tiba memotong jalan Risa, membuatnya kehilangan jejak Hara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...