Risa menangis di tengah-tengah lagu yang Hara bawakan.
Kenapa?
Apa suaranya sejelek itu sampai adik bimbingannya tak tahan lagi?
Hara tidak bisa turun panggung dengan tenang kalau kepalanya masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tadi. Dari atas panggung ia melihat Risa tiba-tiba meneteskan air mata. Walaupun gadis itu cepat-cepat menyekanya, tapi Hara keburu menangkap kelirihan yang menyeruak di wajah gadis itu.
"Wuih! Mantap nih Hara!—Lho? Har! Hara!"
Belum separuh jalan pujian Gill, Hara sudah meninggalkannya. Ia melesat menyelinap dari sela-sela panitia acara yang memadati area samping panggung, mencoba menemukan Risa.
Tidak ada! Risa tidak ada di tempatnya berdiri tadi!
Hara menerobos paksa semua yang ada di barisan nomor dua, menghampiri dua sejoli yang asyik menonton panggung utama. "Reo! Oza! Risa mana?"
Reo dan Oryza menoleh, bingung sendiri melihat kepanikan Hara. Mereka berdua mengedik bersamaan ke arah panggung. Tempat Risa saat ini berdiri dengan linglung. Gadis itu seakan tak tahu apa yang sedang ia lakukan di sana.
"Dan dari bento-bento yang menarik perhatian juri, bento terbaik jatuh pada KARISA AULIA!"
Reo, Oryza, dan semua anak X-Delta yang masih ada di sana meledak dalam sorakan, mengelukan nama Risa. Ekspresi wajah Risa masih belum berubah. Masih linglung. Hanya kedua matanya yang bertambah besar dua kali lipat.
MC berjalan mengambil sebuah papan dari styrofoam. Ia belum mengungkap apa isi papan itu karena pengumumannya belum selesai. "Seperti yang kami informasikan di awal perlombaan, bahwa kami punya kejutan untuk pemenang bento terbaik."
Mendadak senyap. Bahkan Hara pun menyimak.
"Pemenang bento terbaik memenangkan satu tiket pulang-pergi Jakarta-Tokyo untuk menikmati indahnya musim gugur!"
Di saat semua orang heboh mendengar pengumuman itu, Risa masih juga mematung. Bahkan si MC tadi beberapa kali mencoba meyakinkan Risa dan memaksanya menerima papan tulisan hadiah yang berukuran hampir separuh tinggi badannya.
"Saya ... " Risa benar-benar tidak siap ditodong untuk mengucapkan sepatah-dua patah kata soal kemenangannya. "Saya nggak tahu kalau tadi itu lomba. Saya kira cuma workshop biasa. Ini beneran, Mbak?"
Gelak tawa terdengar dari arah penonton. Kecuali Hara yang keningnya sudah bertaut keras menyaksikan tingkah adik bimbingannya di atas panggung. "Anak itu nggak tahu kalau dia ikut lomba? Dan dia menang? Sekarang dia nanya ini beneran atau nggak?" Hara menelaah permasalahan Risa satu per satu. Tak satu pun masuk di akalnya.
"Anak lo satu itu emang ajaib." Reo ikut menggeleng.
Risa turun dari panggung masih dengan wajah linglung. Ia terhuyung, hampir menyeruduk fotografer yang tadi kena tinjunya dengan ujung papan styrofoam. Tanpa babibu, Hara mengambil papan styrofoam dari tangan Risa.
"Kak—"
Hara mengedik, tak membiarkan Risa menyelesaikan kalimatnya.. "Ayo pulang. Udah malem."
* * *
"Gue ikut ke rumah lo dong!" rengek Saskia dari kursi penumpang di samping Hara.
Hara memencet kening, lupa kalau Saskia menumpang mobilnya. Tadinya Hara dan Risa tinggal selangkah lagi dari mobil ketika Saskia menelepon bertanya di mana dia. Saskia payah sekali kalau soal mengingat arah. Dia pasti tidak bisa menemukan mereka. Alhasil Hara harus kembali menjemput Saskia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Подростковая литература[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...