Bab 16 - Cerita Hara

579 99 34
                                    


"Kan... Kan Kak Hara yang nyuruh aku masuk... Tadi aku mau pulang abis balikin buku... Tapi trus Kak Hara ngajak aku sarapan... Sama nyuruh aku bikin bento..."

Mendengar jawaban Risa, Hara langsung memutar kedua bola matanya dan berkacak pinggang dengan sebelah tangannya yang tidak memegang botol minum. Ia pun memanggil dengan lantang. "AKSA! SINI LO!"

Ha... Hara Dhana ada dua?! Mendadak kepala Risa pusing menyaksikan seorang lagi Hara Dhana muncul dari arah tangga.

"Nggak usah dramatis pake mau pingsan segala. Ini Aksa, kembaran gue."

"Kem...bar...?" Risa melirik Hara dan Aksa bergantian.

"Hai, Risa. Aku Aksa." Kembaran Hara melambaikan tangan sambil terkikik menyaksikan reaksi Risa.

"Malah ketawa! Sana pasang semua foto keluarga kita lagi di tempatnya!" bentak Hara pada Aksa. Ternyata bukan Risa saja yang sering kena marah. Kembarannya sendiri pun ia teriaki.

"Deuh, galak amat, Bang. Nanti kalau Mama liat gue manjat-manjat masang foto, lo kena marah lho."

"Bodo—amat. Emangnya Mama pernah mempan ngomelin gue?"

Sambil menggerutu tidak jelas, Aksa ngeloyor pergi melaksanakan perintah Hara. Tiba-tiba di tengah jalan, ia berbalik menghadap Risa lagi dan menarik sebuah cengiran lebar. "Risa jangan pulang dulu ya! Aku masih mau main sama kamu!"

"Sembarangan aja nyuruh anak orang jangan pulang," desis Hara pada punggung kembarannya.

Risa ikut menatap punggung Aksa yang menjauh. Hara punya kembaran? Pantas ia merasa ada sesuatu yang aneh terjadi di rumah itu. Padahal tadi Risa sudah berharap kakak bimbingannya untuk selamanya menjadi seseorang yang ramah dan menyenangkan.

Ternyata Hara Dhana tetaplah Hara Dhana.

* * *

"Enak lho, Hara. Makanan buatan Risa," Aksa menyombong dari seberang meja karena Risa memasak khusus untuknya.

Hara tidak terprovokasi sama sekali. "Enakan croissant ini." Dengan santai ia mengangkat croissant hangat buatan Chef Dede dan mengunyahnya lambat-lambat. Hara sengaja membiarkan remah-remah roti itu berjatuhan, tahu mata Aksa sedang nanar mengamati.

"Dasar iblis," desis Aksa jengkel diledek Hara. Aksa menusuk jamur shitake di piringnya, membayangkan itu irisan dari bola mata Hara kemudian melahapnya.

Risa linglung, terjebak di antara pertengkaran sepasang saudara kembar itu. Ia masih syok mengetahui kalau Hara Dhana punya kembaran. Dan kembarannya punya sifat yang bertolak belakang. Seperti menemukan pasangan sepatu tapi salah ukuran.

"Makan croissant lo sebelum bocah itu mencurinya," Hara mengedik ke arah Aksa.

Dibidik seperti itu Aksa langsung buang muka. "Gue udah kenyang," ujar Aksa ketus, tanpa mau memandang mereka berdua.

Risa menggigit perlahan ujung croissant-nya. Renyah dan hangat. Lagi-lagi Aksa curi pandang ke arah roti di tangan Risa. Sepertinya dia ngiler betul terhadap croissant buatan Chef Dede. "Kak Aksa...mau?" Risa menawarkan roti itu, risih diintai terus menerus oleh Aksa.

"Jangan!" Bentakan Hara membuat Risa terperanjat. "That's a big NO!"

"Ma...maaf..." cicit Risa.

"Nggak usah diteriakin gitu juga sih, Hara," ujar Aksa. Nada bicara dan raut wajah kekanakannya mendadak sirna. Ia menatap Hara dengan sepasang mata yang memicing, seperti elang yang sedang mengintai mangsanya. "Gue juga nggak pengen croissant kalian. Nasi buatan Risa udah cukup untuk bikin gue ngerasa bahagia seharian." Aksa tiba-tiba beralih pada Risa dan menyunggingkan sebuah senyum manis dari bibir tipisnya. Setelah tersenyum pada Risa, Aksa meninggalkan ruang makan. Ia menghilang di ujung tangga.

Bekal RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang