"Tumben lo di sini," komentar Reo, melihat Hara duduk memangku laptop di salah satu bean bag ruang OSIS setelah jam pulang sekolah. Semua anggota OSIS tahu biasanya Hara lebih memilih untuk mengurung diri di ruangannya.
"Ganti suasana," jawab Hara pendek tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.
Sebenarnya bukan itu alasan Hara di sana. Semua bermula dari telinganya yang tidak sengaja menangkap Reo berkata, "Nanti ya," pada Risa ketika pelajaran olah raga selesai. Pertanyaan di benak Hara belum terjawab. Ada apa antara Risa dan Reo?
Bak agen intelijen, Hara mengintai Reo. Di kelas, di kantin, ke mana pun Reo pergi (kecuali toilet) Hara memastikan matanya tidak pernah lepas dari wakilnya itu. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Reo akan bertemu Risa. Tapi memang sih seharian ini Reo jadi lebih sering mengetik di layar ponselnya. Ah, Hara benci rasa penasaran.
"Duluan ya semua!"
Hara mendongak mendengar Reo tiba-tiba mengucap pamit pada seisi ruangan. Ia lengah. Reo sudah memakai jaket dan mengangkat tas. "Mau ke mana lo?"
Reo menekuk alis mendengar pertanyaan Hara. "Pulang (?)" jawabnya dengan nada ujung kalimat yang menggantung.
"Oh." Hara cepat kembali ke layar laptopnya sebelum Reo mencurigai sikapnya.
Sengaja Hara menunggu Reo meninggalkan ruangan selama beberapa saat, baru ia menyusul keluar. Sial. Jeda waktu yang Hara beri terlalu lama. Kini ia kehilangan jejak Reo.
Awalnya Hara pikir Reo memang sudah pulang, tapi parkiran berkata sebaliknya. Mini Cooper Reo masih bertengger di tempatnya.
"Risa, lo di mana?" Menelepon Risa adalah satu-satunya cara yang bisa ia pikirkan.
"Di...sekolah..." jawab Risa lambat-lambat.
"Tsk! Gue tahu lo di sekolah. Tapi di mananya?"
"Umm...Kak Hara udah mau pulang ya?"
Mendengar nada bicara Risa yang ragu-ragu, membuat Hara semakin curiga. "Iya," jawab Hara sambil terus berjalan mencari adik bimbingannya itu.
"Kak Hara duluan aja. Gue masih ada urusan bentar."
Ketemu.
Hara menemukan Risa di belakang Gedung Einstein. Benar dugaannya, gadis itu sedang bersama Reo. Jarak Hara dengan mereka masih terlalu jauh, sehingga Hara tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Hara semakin mendekat. Risa masih tak sadar karena memunggungi Hara. Reo juga. Walau dari tempatnya berdiri Reo seharusnya bisa melihat kehadiran Hara, nampaknya cowok itu terlalu terpaku memandang Risa.
"Risa."
Suara Hara mengagetkan Risa sampai membuat gadis itu terperanjat. "Kak Hara? Tadi katanya--" Risa gelagapan. Kalimatnya tersendat.
"Ayo pulang." Saat berucap, Hara sengaja melempar tatapan tajam pada Reo.
Reo yang sadar sedang ditatap seperti itu, nampak santai. Ia menyunggingkan senyum, balas menatap Hara. "Wah, kalian pulang bareng sekarang?"
Cepat-cepat Risa meletakkan telunjuk di depan bibirnya. "Sst! Jangan bilang siapa-siapa ya?"
Reo mendengus geli. "Iya, iya. Gue duluan ya, Risa, Hara."
"Iya, Kak. Hati-hati!" Risa melambaikan tangan.
Hara tak berniat melepas Reo seriang itu. "Tadi lo udah pamit ke gue," ucap Hara sedingin es.
"Oh iya. Lupa." Reo nyengir. Ia mengerling ke arah Risa kemudian pergi meninggalkan mereka.
Hara sengaja memberi jeda cukup lama. Ia tak mau mereka bertemu di tempat parkir dan keadaan jadi semakin canggung. Dalam jeda itu, tak sepatah kata pun terucap dari bibir mereka masing-masing. Hingga Hara berkata, "Ayo," dan berjalan duluan tanpa menunggu Risa yang tergopoh-gopoh mengejar langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
Teen Fiction[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...