"Bang, beneran yang ini rumahnya?" tanya Risa pada tukang ojek yang mengantarnya.
"Kalo ngikutin map sih iya, Mbak."
Risa menurut saja. Ia turun dari ojek itu dan berdiri memandang pagar rumah di hadapannya. Jl. Marigold no. 11, rumah keluarga Dhana. Rumah itu berada di kawasan Senopati. Dekat dengan berbagai tempat nongkrong kekinian yang satu pun tak pernah Risa kunjungi. Hanya tahu lewat Instagram.
Berapa ya harga rumah di kawasan ini? 1M? Lebih kayaknya.
Risa bertanya-tanya dalam hati. Bahkan kalau ibunya menjual rumah mereka sekarang dan menambahkannya dengan semua tabungan yang ada, mereka tetap tidak akan bisa tinggal di sana.
Risa melirik tentengan di tangannya. Sebuah buku pelajaran Bahasa Mandarin. Cuma gara-gara buku ini Risa harus menempuh perjalanan satu setengah jam, untung kereta hari Sabtu lenggang.
Sebenarnya Hara tak meminta Risa untuk mengantarkannya langsung ke rumah. Cukup bayar kurir ojek online. Tapi setelah dipikir-pikir, tarifnya mahal juga. Kata ibu Risa, kasihan uang Hara. Padahal Risa sudah bilang Hara itu kaya raya. Bayar ongkos kirim segitu sih tidak masalah.
Dan di sinilah ia, di depan pagar rumah Hara, menatap ragu pada benda di sebelah pagar. Kelihatan seperti interkom yang ada di rumah-rumah dalam drama Korea yang Risa tonton. Setengah kepanasan dan setengah penasaran, Risa pun memencet tombol pada benda itu.
"Pagi." sapa suara wanita medok dari pengeras suara.
"Umm...pagi..." sapa Risa balik, masih canggung. "Benar ini rumah keluarga Dhana?" Risa memastikan. Bagaimana kalau ternyata tombol ini terhubung dengan layanan drive thru restoran cepat saji?
"Benar. Dengan siapa ya? Dan keperluannya apa?"
"Saya Risa. Teman-eh, adik kelasnya Kak Hara. Mau nganterin buku."
"Oh, baik, Mbak. Tunggu sebentar."
Tak lama kemudian pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Risa kaget bukan main. Orang kaya mah bebas! Males buka pintu buat tamu juga nggak apa-apa!
"Masuk, Mbak. Pintunya sudah saya buka."
Risa melangkah perlahan memasuki halaman rumah. Halaman itu tidak begitu luas tapi sangat tertata. Separuhnya berisi rumput hijau terhampar mengalasi deretan tanaman hias. Di tengahnya ada jalan setapak dari batu yang membawa Risa menuju beranda rumah. Separuhnya lagi beralas conblock dan berujung pada garasi mobil.
Saat Risa hampir tiba di beranda rumah, entah dari mana datangnya, seekor anjing putih gempal meluncur dan melompat menyambut Risa.
"Uwaaa!"
Tubuh Risa yang tidak siap menahan beban anjing itu langsung terjatuh di atas rumput. Bukannya mundur, anjing itu justru terus mengendus Risa dengan semangat.
"Snowy, no!"
Suara laki-laki terdengar dan langsung membuat anjing itu berhenti mengendus Risa. Snowy mendadak duduk manis. Bibirnya ditarik lebar, lidahnya terjulur dan ekornya bergoyang riang. Lucuuu! Pekik Risa dalam hati. Risa ingin sekali memeluk makhluk itu, tapi malu.
"Sori ya. Dia memang suka agak overacting gitu."
Hara mengenakan baju kaos dan celana pendek berjalan mendekat dari arah rumah dan mengulurkan tangan pada Risa yang masih terkapar di atas rumput. Alih-alih menyambut uluran tangan cowok itu, Risa malah diam, hanya mengerjap menatapnya.
"Kenapa?" Hara mengangkat kedua alisnya.
"Kak Hara...baik-baik aja?"
Kepala Hara miring sedikit. "Maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal Risa
أدب المراهقين[TAMAT] Di saat Hara mulai menyadari perasaannya gara-gara sekotak bekal buatan Risa, adik kembarnya--Aksa--muncul menyatakan perasaan pada gadis itu. Hara tertekan. Ia teringat apa kata ibu mereka kalau ia harus mengalah pada adiknya. Hal itu menye...