“Cerita ini hanya fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata.”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Ingin ku halangi waktu namun tak urung jua kulihatnya pergi.”
***
Alya melangkahkan kaki di antara dedaunan teh, kedua lengan terlentang menyentuh pucuk daun yang berembun, membasahi sekujur lengan namun terasa menyegarkan. Dia menengadahkan wajah, menyapa matahari yang sinarnya pun tidak menyengat.
Paru-paru Alya termanjakan oleh udara sejuk pegunungan sedangkan kicau burung menjadi nyanyian pagi, begitu merdu dan membuatnya hanyut dalam dunia sepi. Alya tidak akan menemukan tempat ini di ibukota, di mana hijaunya daun dan birunya langit menjadi dua warna yang membuat candu.
Namun di bukit yang hanya didominasi oleh dedaunan teh, Alya menemukan fakta bahwa dia tidak sendiri. Langkahnya terhenti, ketika melihat seorang remaja laki-laki duduk di tanah. Dari belakang tubuh kurusnya sangat kentara sedang rambutnya dibiarkan panjang sebahu dan tak terawat. Walaupun tidak mengenalnya secara langsung, Alya sudah mendengar kabar dari orang-orang sekitar desa, terutama dari panti asuhan yang sedang Alya kunjungi, bahwa anak lelaki itu memiliki gangguan jiwa.
Alya sudah diperingati untuk tidak mendekati karena dia sangat berbahaya.
“Jangan mati!” seru remaja itu tiba-tiba.
Alya terkejut, kakinya tersandung akar dan terjatuh.
“Ayo bangun! Jangan mati.” Dia memohon dengan sangat. “Kamu harus bangun. Belum waktunya kamu mati. Kamu harus hidup.”
Alya tidak tahu apa yang membuat remaja itu meringkuk di tanah, tidak tahu apa yang membuatnya memohon dengan putus-asa. Alya bangun, membersihkan rok panjangnya yang kotor dan anehnya bukan untuk melangkah mundur atau melarikan diri, dia malah melangkah maju mendekati remaja itu.
Terlalu ingin tahu, itu adalah penyakit terparah Alya, dia tidak bisa menekan rasa penasarannya. Tidak tahan untuk tidak menjelajah seperti yang Alya lakukan saat ini, di mana seharusnya dia berada di panti tapi dia malah mengindap keluar, menjauh dari keluarga besar dan menelusuri Panti Asuhan Kasih yang terletak di sebuah perkebunan teh.
“Apa yang kamu lakukan?” Alya menegur. “Kenapa kamu berteriak?”
Remaja itu jatuh terduduk. Dia menelungkup ketakutan ketika berhadapan dengan Alya. Dia memeluk kedua lutut dan menyembunyikan wajah.
“Nama kamu siapa? Apa aku boleh tau nama kamu?” Alya sangat mendesak dan dia duduk di depan remaja itu. “Nggak sopan loh, mengabaikan orang seperti itu. Apalagi waktu orang mengajak berkenalan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...