12. Kebesaran Hati

8.4K 1.4K 25
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Untuk melarikan diri memang butuh keberanian tapi untuk menyerahkan diri membutuhkan lebih daripada keberanian”

***

“Karena Halim berhalangan hadir, jadi hari ini saya yang menggantikan Halim untuk menemani kalian melakukan peliputan,” beritahhu Siswanto ketika menyambut kedatangan Abizar, Alif, Keyla, Fitri dan Alya. Dia adalah salah satu sipir Arisuma yang cukup dekat dengan Halim.

Abizar menjabat tangan Siswanto. “Oh begitu, makasih banyak sebelumnya Kak Sis dan maaf kalo kami sudah mengganggu dan merepotkan.”

“Nggak pa-pa. Ayo, saya antarkan kalian ke tempat mereka sekarang.”

Siswanto memimpin langkah, dia tidak banyak bicara dan langsung membawa mereka berlima memasuki lapas terdalam Arisuma. Sikap Siswanto yang berkebalikkan dengan Halim membuat kecanggungan begitu terasa. Mereka tidak berani untuk mengajaknya bicara dan memilih mengikuti Siswanto dari belakang.

Nada kekecewaan terlontar dari bibir Keyla, kedua pundaknya menurun. Dia melangkah dengan lesu. “Tau kayak gini, gue nggak dandan. Satu jam gue di depan cermin cuma buat masti’in gue cantik.” Keyla menghela napas berat. “Tapi ternyata orang yang pengen gue temuin malah nggak ada. Sebel!”

“Astagfirullahazim! Key, kita ke Lapas Arisuma itu bukan buat cari jodoh,” sembur Fitri. “Tapi buat bikin film dokumenter! Makin ke sini tujuan lo semakin melenceng aja. Fokus dong, kita dikejar deadline. Kita harus bersikap profesional dan jangan sampai terbuai sama perasaan kita sendiri. Ya kan, Al? Lo juga setuju sama pendapat gue, 'kan?”

Entah kenapa Fitri juga menyerang Alya. Pastinya Fitri, tidak! Semua temannya sudah tahu, bahwa Alya juga melenceng dari tujuan awal mereka yaitu pembuatan film dokumenter. Alya sudah terbuai oleh perasaan yang tidak boleh ada di hati, perasaan yang membuat Alya selalu menyebut nama seseorang di sela sujud terakhir sholatnya. Selalu menerka, apakah yang Alya rasa sekarang, hanya kerinduan semata pada seorang yang telah lama meninggalkannya? Rasa simpati yang tak berujung ataukah sebuah rasa yang lain? Jujur, Alya belum bisa memilah, perasaan mana yang lebih banyak bertahta di hati.

“Benaran deh, gue pusing lihat tingkah kalian berdua!”

Fitri menggerutu lagi. Mungkin dia tidak pernah menduga, bahwa kendala terbesar yang dihadapi bukan dari para napi melainkan dari timnya sendiri.

Alya diam, melangkah mundur dan menghindari delikan tajam Fitri. Dia lebih memilih mendongakkan kepala menatap langit biru tanpa awan. Akhirnya, matahari menguasai angkasa setelah hujan dan mendung berhari-hari. Cuaca yang cukup panas, membuat punggung belakang Alif dan Abizar yang mengenakan kemeja panjang sudah terbanjiri keringat. Dengan susah payah membawa peralatan rekaman, dua lelaki itu berusaha merendengi langkah cepat Siswanto yang membawa mereka bukan menuju ke ladang atau Musholla melainkan ke dapur umum yang tak jauh dari posko penjagaan.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang