17. Mimpi Buruk Halim

7.6K 1.2K 29
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Sebuah penyesalan bersemayam di hati, tak bisa terobati, menghantui layaknya mimpi buruk”

***

“Jadi bagaimana rasanya bekerja sebagai sipir? Apa sekarang lo sudah menyesalinya?” tanya Siswanto kepada sipir baru lapas Arisuma; Muhammad Halim.

Muhammad Halim hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Siswanto menggelengkan kepala.

“Heran gue! Tampang lo keren, otak lo pinter, tapi kenapa lo memilih jadi sipir? Lo bisa aja cari pekerjaan lain dan memilih CPNS di departemen yang bagus,” sambung Siswanto dengan nada tidak percaya. “Kalo gue sih jadi sipir itu sebuah keterpaksaan. Bukannya ngeluh tapi mengingat lo harus menghadapi para napi setiap hari dan juga mempertaruhkan nyawa. Sama sekali bukan pekerjaan yang populer.” Dia mencurahkan isi hati.

“Entahlah, tapi yang pasti gue nyaman aja sama pekerjaan ini,” jawab Halim walaupun sedikit ragu.

Baru sebulan Halim bekerja sebagai sipir penjara. Sulit untuk menyimpulkan begitu saja tentang profesi ini, apa dia menyesali? Apa dia menyukai? Halim belum bisa merasakan dampak langsung dari pekerjaan yang sekarang dia geluti. Ketika orang lain bertanya kenapa dia menjadi sipir? Mungkin takdir bisa menjadi sebuah jawaban.

Bagi Halim, Bahri adalah sosok ayah yang menginspirasi. Ketika Halim kecil, ayahnya sering menceritakan banyak kisah sebelum tidur. Jangan harap kalian akan mendengar kalimat pembuka seperti. ‘Pada zaman dahulu kala’ atau ‘Di suatu negeri yang jauh, hiduplah seorang raja.’ tapi yang terucapkan adalah, ‘hari ini di dalam penjara.’ Bisa dibilang, masa kecil Halim bukannya dipenuhi oleh dongeng fantasi dari kerajaan yang dihuni pangeran dan putri namun sebuah penjara yang dipenuhi oleh para napi.

Bahri selalu berkata—di akhir kisahnya di setiap malam—bahwa para manusia yang tinggal di balik jeruji besi adalah para manusia yang sedang mencari Tuhan. Dalam perjalanan panjang yang harus ditempuh, beberapa di antara mereka ada yang berhasil mengetuk pintu surga namun ada pula yang gagal dan kembali lagi ke dalam lubang dosa. Dan sebagai seorang sipir, tugas mereka adalah sebagai pemandu, menuntun para napi agar tidak tersesat walaupun pada akhirnya, di persimpangan jalan mereka sendirilah yang memutuskan kemana kaki melangkah.

“MasyaAllah, hari ini panas banget.” Siswanto kegerahan. “38 derajat celsius bro! Gerah, gerah.” Dia memberitahu setelah melihat aplikasi cuaca di ponsel.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang