“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Sang Raja harus tahu kapan menegakkan kepala dan kapan harus menunduk sampai ke tanah.”
***
Napas berhembus cepat dari seorang lelaki yang melajukan kakinya menjadi berlari, dia memasuki Pelabuhan di kala malam telah menyapa, saat para pekerja dan nelayan berpulang ke rumah. Bahar Effendi terus menoleh ke belakang dengan panik, terus merasakan kecemasan.
Dia mengendorkan tali dasi, melepas dan melempar ke tanah. Ponsel pun bahkan tidak dihiraukan saat berdering. Bahar sudah tahu siapa yang menelpon. Dari seseorang yang membuat Bahar melarikan diri secepat mungkin ke Pelabuhan, mencapai kapal yang menepi menunggu dirinya dan membawa ke Singapura melalui jalur ilegal.
“SIALAN!” rutuk Bahar.
Tawa meledek Farhan Maulana masih terngiang di telinga, mantan jaksa itu menertawakan keadaannya.
“Sebaiknya Anda menyerahkan diri segera Bahar. Mungkin dengan begitu hukuman yang Anda terima tidak akan berat,” usul Farhan sembari tertawa. “Dengan begitu Anda masih mempunyai waktu yang tersisa untuk menikmati dunia bebas saat Anda menjadi tua.”
“BANGSAT!”
Bahar berteriak pada malam menjelang subuh.
“Beraninya dia meledekku seperti itu. Munafik, orang munafik. Tidak pantas, tidak layak.”
Dan lagi suara Farhan menghantui Bahar saat dia masih berlari di Pelabuhan, dia mencapai tepian, mencari dengan bingung pada kapal yang akan mengangkutnya.
“Saya sudah mengantongi banyak bukti! Saya sudah merangkul banyak saksi! Markas komplotan Aceng pun sudah Sani dapatkan. Semua tidak bersisa. Hanya Anda dan Cahyo Kusuma yang tersisa.”
Farhan memberitahu dengan nada suara santai, seakan dia berada di atas angin.
“Jadi! Saya sarankan kepada Anda, lebih baik Anda menyerahkan diri kepada polisi sekarang. Lebih baik seperti itu, mengakui semua perbuatan kotor Anda bersama Cahyo Kusuma. Kalau Anda melakukannya?”
Farhan tertawa. Bahar bisa membayangkan seringai sinis yang tersungging di bibirnya.
“Saya akan memberikan harga murah untuk menjadi pengacara Anda! Ah, saya yakin Anda tidak akan sudi. Mungkin saya bisa mencarikan pengacara yang terbaik. Atau…” Tawa keras terdengar hebat. Farhan tidak bisa berucap dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...