40. Kegalauan Mahasiswa Semester Akhir

5.7K 1K 55
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Bibir sama hati tidak selaras. Kamu selalu membantah tidak peduli, tapi nyatanya sekarang kamu malah memikirkannya”

***

Tidak ada hari libur untuk mahasiswa tingkat akhir. Biasanya di akhir pekan, kebanyakan orang akan pergi berlibur ataupun minimal hang-out ke Mall. Tapi tidak berlaku untuk para mahasiswa yang harus berkutat dengan tugas akhir. Di kejar deadline, mereka juga harus melakukan banyak revisi ketika Dosen Pembimbing memberikan koreksi dan kritikan.

Abizar, Alif, Keyla, Fitri dan Alya menghabiskan hari minggu mereka di ruang editor. Waktu yang ideal, mengingat pada hari biasa ruang editor akan di-booking atau diperebutkan. Mereka bebas menggunakan ruang editor tanpa mendengar protes atau gedoran keras di pintu dari mahasiswa lain.

Abizar menggaruk kepala dengan ekspresi bingung. Dia menatap layar putih di tembok sedangkan proyektor menayangkan hasil rekaman yang mereka ambil beberapa hari lalu di dalam penjara. Dia berdecak kesal. Menekan tombol pause. Menghentikan video.

“Tuh, nggak ada suaranya, kan? Gimana bisa?” Abizar mengedarkan pandangan pada Alif, Alya, Keyla dan Fitri. “Waktu wawancara Pak Edy. Siapa yang nyiapin audio?” tambahnya bertanya. 

“Bukannya waktu itu si Alif,” tuding Fitri. “Selalu dia kan yang handle soal audio,” tunjuknya dengan ujung bolpoint yang rusak karena gigitannya.

“Kenapa gue terus yang salahin.” Alif duduk dengan gelisah. Dia meraih es kopi dan meminumnya. “Kesalahan yang terjadi pada audio bukan salah gue. Murni kesalahan teknis! Nyatanya, rekaman video yang nggak ada suara cuma beberapa detik doang, kan? selebihnya ada,” katanya membela diri. Tidak terima selalu dijadikan black-hole di tim.

“Habis gimana dong?” tanya Keyla bingung. Dia bersandar di tembok. Di bawah AC. Sengaja untuk mendinginkan otaknya yang mumet, setelah terkurung di dalam ruang editior selama empat jam. “Neh part penting banget yah? Kalo kita cut aja gimana?” usulnya.

Abizar menggeleng. “Nggak bisa Key. Nggak bisa main cut aja! Apalagi ini poin penting. Waktu Pak Edy menceritakan pengalaman kelamnya dan dijebloskan ke dalam penjara.”

“Cuma beberapa detik, kan? Kalo dibiarkan aja gimana?” timpal Alif. Dia terus membungkuk lalu duduk tegap, menatap laptop yang terhubung ke proyektor. “Sekitar lima sampai tujuh detik.”

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang