20. Cara Membunuh yang Kejam

7K 1.1K 65
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Jangan khawatir. Ku pasti menemukanmu walaupun harus pergi ke ujung dunia sekalipun”

***

Langkah Abizar mendadak berhenti, membuat Alif yang berjalan di belakang langsung menabrak punggungnya. Dia melirik Halim sejenak kemudian kepada keempat temannya.

“Ingat yah! Harus serius hari ini. Jangan ada masalah lagi.” Abizar memberi peringatan. Dia menatap Alya, Keyla, Fitri dan Alif secara bergantian. “Pokoknya fokus sama pengambilan gambar. Fokus sama film dokumenter. Sebelum gue bilang CUT!” Dia menekankan kata CUT dengan keras. “Jangan ada yang bikin ulah.”

“Duh Abi! Lo sudah ngomong itu puluhan kali,” protes Keyla risih. Pandangannya selalu diblokir Abi ketika hendak melihat Halim. “Gue ngerti kok. Lo cerewet banget. Lebih cerewet dibanding dosen pembimbing.”

“Ini kebaikan bersama!” ketus Abizar. “Kalian nggak tahu gimana rasanya menjadi ketua tim yang harus memohon-mohon sama DP supaya diberikan kelonggaran waktu.” Dan dia memperlihatkan ekspresi lelah. “Kalian nggak bakal tau capeknya bolak-balik ngurus surat perizinan.”

Alif menepuk pundak Abizar. “Iya gue bersimpati, lo memang ketua tim yang bertanggung-jawab. Tapi lebih baik kita ngikutin Kak Halim sekarang. Tuh—” Dia menunjuk ke belakang Abi. “Kak Halim sudah nungguin kita daritadi.”

Halim memberikan tatapan bingung. “Ada apa? Apa masalah?” Terlihat penasaran.

“Nggak ada Kak,” elak Fitri lekas. “Abi cuma ngecek peralatan aja.”

“Oh! Ayo buruan. Mereka udah nungguin di ladang. Hari ini mereka panen tomat,” cerita Halim.

“Ingat ya Al. Jangan bikin masalah waktu rekaman.” Abizar masih memberi peringatan dan kali ini kepada Alya, meskipun mereka melangkahkan kaki lagi mengikuti Halim. “Jangan cercokin Daffa. Jangan berantem sama Daffa.”

“Iya!” Alya menyahuti sembari memutar bola mata. Dia bosan mendengar ceramah Abi. Mulai dari kampus, dalam perjalanan dan sampai di Lapas. “Gue tahu Bi. Gue ngerti. Udah deh. Kita ke ladang sekarang.” Berjalan sembari menarik Kelya dan Fitri.

Walaupun Alya sudah jalan mendahului tapi dia masih saja mendengar Abizar yang melontarkan peringatan dari belakang. Alya hanya menggelengkan kepala dan melangkahkan kaki dengan cepat menuju ladang tani; tempat para narapidana bercocok tanam.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang