72. Tiga Menit Dalam Doa

8.6K 1.4K 315
                                    

"Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

© Story of "Surga di Balik Jeruji" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bukan menggenggam tapi digenggam"

***

Alya duduk di depan meja rias. Menatap pantulan dirinya di cermin. Begitu canggung dan aneh ketika dia berdiam diri di kamar, menunggu dalam ketidak-pastian sedang jantung berdetak tidak karuan saat mendengar dari bawah, ruang tamu dijajaki oleh orang-orang.

Banyak orang.

Begitu gaduh.

Penuh canda tawa.

Sulit bagi Alya untuk menerka siapa lelaki yang datang untuk melamarnya.

Angin masuk perlahan dari jendela kamar yang terbuka, menyapa dan mengayunkan ujung kerudung merah muda Alya. Aroma angin ini tiba-tiba saja mengingatkannya pada seseorang. Pada lelaki yang menyukai semesta begitu sangatnya.

Mata Alya mengarah pada gelang tasbih dipergelangan tangan, mengelus lembut sedang bibirnya mengukir sebuah senyum.

"Lihat, aku menjalani hidupku dengan baik bukan?"

Alya berbicara sendiri.

"Bahkan terlalu baik."

Terdengar getir yang tersirat dari suaranya.

Walaupun di lantai bawah, keluarga Guntur sibuk. Walaupun Alya mendengar Laila keluar-masuk dapur lalu ke ruang tamu untuk menyajikan makanan. Walaupun sesekali dia mendengar Alif berteriak. 'Alif nggak menduga ini! Sama sekali.' Berulang-ulang kali. Alya tidak mengacuhkannya. Dia sibuk pada dunianya.

Dalam dua puluh empat jam waktu yang Allah ciptakan untuk hambanya. Alya menggunakan tiga menit dalam waktunya untuk mengenang seseorang. Tiga menit untuk melepaskan rinduan. Hanya tiga menit yang Alya minta. Agar dia bisa membisikkan nama seseorang di dalam doa. Dalam harap yang sudah lama dia hempaskan.

"Namun ternyata sulit..."

Alya lanjut berkata. Dia menatap dirinya di cermin.

"Sulit berhenti mendoakan kamu. Sudah menjadi kebiasaanku, menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak bisa memotong kamu seperti menggunting bagian yang tidak kuinginkan lagi..."

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang