“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Di tempat yang banyak orang katakan paling busuk dan hina. Saya menemukan surga sebenarnya”
***
“Kalian tenang saja. Aku tidak mungkin membunuhnya.”
Cahyo berkata kepada dua orang yang berdiri di belakang Daffa, pada Halim dan Farhan yang tidak mengalihkan pandangan sama sekali kepada Cahyo.
“Dengan begitu banyak polisi yang ada di sini! Siap menembakku? Tidak mungkin aku mencelakai Daffa Raffan.” Cahyo menambahkan dengan tertawa geli.
Ruang kunjungan Lapas Arisuma belum pernah terlihat menegangkan seperti saat ini. Dengan kedatangan begitu banyak polisi, sedan Sani mengawasi, tidak mengalihkan mata dari Cahyo Kusuma yang sempat dinyatakan menghilang dan melarikan diri.
Sani terus menyentuh ganggang pistol yang tersembunyi di sabuk pinggang. Dan akan melakukan tindakan jika diperlukan apabila mendapati gerak-gerik dari Cahyo Kusuma yang mencurigakan.
Kepala Lapas Arisuma, Bahri pun berada di ruang kunjungan pula, terus melempar ekspresi khawatir. Belum satu minggu semenjak kerusuhan yang terjadi di lapas, dia tidak ingin mendengar suara pistol melontarkan peluru lagi. Bahri tidak mau semua tahanan salah paham dan memicu kerusuhan. Para sipir sudah banyak terluka. Mereka akan kewalahan jika narapidana mengamuk lagi.
“Aku tidak akan melarikan diri, jangan khawatir Pak Polisi.” Cahyo menimpali kepada Sani. Melirik pada tangan Sani yang terus hendak mengeluarkan pistol. “Kalau aku berniat untuk melarikan diri maka sedari awal aku pergi ke bandara bukannya ke penjara,” alasannya.
Sani menyunggingkan senyum sinis. “Sulit menerima yang Anda ucapkan itu adalah benar atau kebohongan. Anda memiliki banyak wajah, jadi cukup sulit untuk mempercayainya.” Senyum meluntur kemudian di wajah Sani. “Apa yang Anda inginkan? Pasti ada alasan kenapa Anda ke sini. Pasti ada alasan kenapa Anda ingin bertemu dengan Daffa Raffan.”
Cahyo bersandar dengan nyaman di kursi dan kemudian menatap lelaki yang duduk diam di depannya. Tidak bicara, ekspresi datar sedangkan kedua mata jarang sekali mengedip, tampak kosong. Setelah selang beberapa tahun berlalu. Akhirnya Cahyo bertemu kembali dengan Daffa Raffan.
“Bukannya aku sudah bilang. Kalau kedatanganku ke lapas tidak lain untuk bertemu Daffa Raffan. Aku hanya ingin bicara dengannya,” jawab Cahyo. Dia menangkap wajah tidak percaya dari Sani. “Alasannya memang sesederhana itu. Hanya ingin menyapa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...