“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Aku pun bisa membuat hidupmu bagaikan berada di dalam neraka”
***
“Pacar Daffa Rafffan ternyata cantik juga!” Aceng memberikan tatapan tidak berkedip pada Alya. Layaknya binatang buas yang senang melihat mangsa masuk ke dalam perangkap.
Alya berdiri segera. Dia mengedarkan pandangan berkeliling. Para napi sekarang mengurung dari segala arah. Alya mengenal mereka! Sangat tahu karena setiap kali dia melakukan kunjungan ke lapas, mereka sering membuat keonaran. Mereka adalah para napi yang paling dihindari oleh napi lain dan juga oleh para sipir penjara. Alya meraih pergelangan tangan kanannya dengan refleks, namun dia menyadari kemudian, dia lupa mengenakan gelang GPS. Dia tidak bisa mengirim sinyal pertolongan kepada Halim.
“Jangan mendekat!” Alya menunjuk mereka dengan gemetar sedangkan kedua mata sibuk mencari celah di antara para napi. “Saya mahasiswa di bawah perlindungan. Kalo kalian melukai saya, maka saya bisa mengajukan tuntutan.” Dia memberikan ancaman seraya melangkah mundur. “Saya yakin, hukuman kalian akan bertambah.”
Aceng tertawa dan begitupula para pengikutnya. Mungkin saja sangat terhibur melihat Alya yang mencoba mengancam mereka. Aceng memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Dia melangkah maju. Tubuhnya yang dipenuhi tato sangat mencolok dibandingkan napi yang lain, tidak ada satu jengkal kulitpun yang tersisa, semua sudah terhiasi oleh tinta tato yang memberikan gambaran jelas kehidupan gelap yang dijalani.
Aceng berdecak prihatin. Terus melangkah dan sedangkan Alya pun terus melangkahkan kaki mundur.
“Ini wilayah kami sayang. Nggak ada yang boleh mengatur kami. Kamu yang salah, apa kamu tau itu?” Aceng masih menatap Alya tidak berkedip. “Tindakan kamu seperti memasuki rumah orang tanpa permisi itulah yang kamu lakukan. Sama sekali nggak ada sopan.”
Manik mata Alya bergetar. Dia memandang ke segala arah. Berharap menemukan sipir atau napi yang lain. Namun taman yang berada di ujung lapas ini terlalu sepi sehingga dia tidak menemukan satu orang pun kecuali Aceng dan juga pengikutnya. Dan Alya menyadari kesalahannya yang kedua selain tidak mengenakan gelang GPS yaitu kakinya melangkah dengan semberono ke tempat yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya di lapas. Dia tidak mengenali tempat ini. Hanya ada bangunan kosong di samping kiri dan kanan serta beberapa tumpukan barang di sudut. Ini seperti tempat pembuangan sampah di dalam penjara.
“Jangan mendekat saya bilang! Kakak saya seorang jaksa. Saya yakin kalo Anda menyentuh saya! Kakak saya pasti menuntut Anda.” Alya memberikan ancaman lagi. Suaranya gemetar. Jujur. Dia belum pernah merasakan ketakutan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...