53. Kalah Telak

6.2K 1.2K 152
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Luka itu! Tidak akan bisa mengalahkan cintanya kepada Allah.”

***

Paras ayu itu kembali bercahaya setelah meredup untuk waktu lama. Perkembangan kesehatan mental Anisa setelah menjalani perawatan di panti rehabilitasi pasca trauma mengalami kemajuan. Anisa tidak memberontak atau mencoba melukai dirinya lagi seperti yang terakhir kali Alya lihat.

“Apa kata Dokter?” tanya Abizar.

Ibu Anisa; Afifah menghela napas panjang. Terlihat lelah. “Dokter bilang Anisa trauma berat tapi…” Senyum kecil tersungging di bibir. “Tapi ada perkembangan baik. Anisa mulai menanggapi ketika ada yang mengajaknya bicara.”

“Alhamdullillah.” Keyla menatap pada Anisa yang duduk di bangku taman. Memperhatikan bunga-bunga liar yang tumbuh di rerumputan. “Saya yakin Anisa bisa kembali seperti dulu. InsyaAllah Buk.”

“Dan soal biaya jangan khawatir.” Alif mengeluarkan amplop dari tas dan memberikan kepada Afifah. “Maaf ini cuma sekedar dari kami. Tapi InsyaAllah mengurangi beban Ibu. Kalau masih kurang, Ibu langsung bilang saja sama kami. Jangan sungkan.”

“Ya Allah Nak, sampai seperti ini. Ibu merasa tidak enak.” Afifah hendak tidak mau menerima.

“Tolong diterima Buk,” ucap Fitri tegas. “Kami ikhlas, tolong jangan menolak keinginan tulus kami untuk menolong.” Dia mengambil amplop yang berisi uang dari tangan Alif dan langsung memasukkan ke dalam tas Afifah. “Kalau Ibu merasa tidak nyaman, anggap saja itu hutang. Anisa yang harus membayarnya. Dia harus sembuh dan menjadi mahasiswa perfilman sebagai bayarannya.”

Seperti yang diharapkan dari nona berhati dingin Fitri Azizah, membuat Afifah tidak bisa menolak dan menerima pemberian uang dari mereka.

“Ibu juga merasa tidak enak sungguh.” Lalu dia menatap Alya yang sedang memperhatikan Anisa dalam diam. Pada wajah Alya yang kedua matanya sembab dan membengkak. “Apalagi terhadap Non Alya. Kami berhutang banyak sama kamu, Nak.”

Alya menoleh saat mendengar namanya disebut. Dia akhirnya mengembangkan senyum. “Kenapa harus tidak enak sama saya Buk? Jangan bersikap seperti itu.”

“Ibu belum sempat mengucapkan terima kasih secara baik sama kamu, Nak Alya.” Afifah menjabat tangan Alya dengan erat. Dia menatapnya dengan penuh haru dan juga sedih. “Terima kasih sudah menolong Anisa waktu itu, terima kasih sudah menyelamatkannya. Terima kasih memilih untuk mengejar Anisa. Sampai Non Alya...”

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang