49. Dihadapkan Pada Kehilangan

6.1K 1.1K 77
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Dengan menyebut nama-Mu, kucari ketenangan.”

***

Pandangan Daffa mengabur di waktu yang tidak tepat, saat dia berlari menuju sel hunian Fuad, membuatnya selalu bertabrakan dengan para napi yang langsung melontarkan umpatan serta sumpah serapah kepadanya.

“Nggak punya mata lo!”

“Sialan. Sudah bosan hidup rupanya.”

“Kalo nggak mengingat lo sekarat, sudah gue hajar. Cepatlah mati Daffa, jangan menyusahkan banyak orang!”

Berbagai komentar kejam yang dia terima, namun Daffa tidak acuh. Dia bahkan tidak menoleh saat salah satu napi memberikan ancaman, menyuruh Daffa untuk kembali dan meminta maaf kepadanya.

Daffa tidak peduli.

Komentar kejam para napi saja Daffa abaikan apalagi protes dari tubuhnya yang berontak meminta istirahat. Di tengah kondisi kesehatan yang menurun, Daffa tetap melangkahkan kaki menyelusuri koridor penjara yang begitu lelah untuk dia jelajahi. Napasnya mulai terputus-putus sedang keringat membanjiri sekujur tubuh. Namun tekad kuat untuk menemukan Fuad membuatnya tidak berhenti, dia tidak akan menyerah sampai dia menemukan Fuad dan memastikan lelaki tua itu tidak melakukan sesuatu yang akan dia sesali di kemudian hari.

“Mana Bang Fuad?”

Daffa langsung melontarkan pertanyaan sesampainya di sel hunian Fuad. Salah teman satu sel Fuad memberikan tatapan bingung. Pada Daffa yang datang dengan napas terengah dan sekarang bersandar pada tembok dingin penjara.

“Keluar. Dia baru saja keluar. Ada apa?” tanyanya penasaran.

Tapi Daffa tidak mengabaikannya. Dia memaksa kedua kakinya untuk berlari lagi. Pikirannya langsung tertuju kepada Aceng. Pada pemindahan Aceng ke Nusakambangan yang akan dilakukan hari ini. Fuad pasti mengincar Aceng. Mengingat hari ini adalah kesempatan terakhir melihat Aceng, kesempatan terakhir yang Fuad miliki untuk membalas dendam, mengingat Aceng selalu dalam penjagaan ketat dan mendekam di sel isolasi khusus.

“Pintu keluar utama.”

Daffa bergumam sendiri. Napasnya memburu cepat saat dia berlari melintasi taman. Kaos putih yang dia kenakan basah, menempel di tubuh kurusnya, meskipun angin sejuk masuk ke dalam penjara tetap tidak bisa mengeringkan keringat yang terus membanjiri wajah serta tubuhnya.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang