48. Nisan Untuk Yang Menghilang

6.3K 1K 61
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Daffa Raffan aman di sini, bersama kenangan, bersama rahasianya.”

***

“Jangan bermain dengan boneka tanpa kepala lagi. Itu menakutkan,” beritahu Daffa kepada seorang gadis yang duduk menemani di ladang. Dia  melirik pada boneka Aurina Zahra yang tidak memiliki kepala. “Itulah kenapa orang-orang desa menjauhimu, mereka menganggap kamu tidak waras,” jelasnya.

Zahra duduk di samping Daffa. Di ladang yang menghijau dan ditumbuhi ubi jalar. Mata perempuan itu tidak teralih pada kedua tangan Daffa yang merangkai padi kering menjadi orang-orangan sawah. Wajah Zahra yang tadi sempat kebingungan kemudian menjadi berbinar setelah menangkap bentuk dari padi tersebut.

“Ah, Kakek!” Zahra menunjuk boneka padi itu. Senyum terukir di bibir.

Daffa mengangguk. “Iya ini Pak Slamet. Bagus bukan?” Dia bertanya.

Daffa melakukan sentuhan terakhir, mengambil bunga wedelia dan menjadikannya topi untuk boneka padi itu.

Zahra bertepuk tangan dengan girang. “Berikan! Berikan,” pintanya.

“Aku akan memberikannya kalau kamu mau menukarnya dengan boneka itu,” tunjuk Daffa kepada boneka tanpa kepala milik Zahra. “Jangan khawatir, kalau boneka ini rusak aku akan membuatnya lagi untuk kamu, setiap hari.” Daffa menambahkan saat melihat keengganan di wajah Zahra untuk melepas boneka lusuhnya.

“Tiap hari?” ulang Zahra.

“Iya tiap hari. Jadi kemarikan boneka itu. Kasihan, tanpa kepala bukannya menandakan dia sudah mati?” kata Daffa memberikan tatapan simpati. “Dia layak beristirahat dengan tenang, kita harus menguburkannya dengan pantas. Jadi berikan padaku.” Dia mengulurkan tangan meminta sedang tangan lain menawarkan boneka padi; bernama Slamet kepada Zahra.

“Sudah mati?” Zahra menatap boneka lusuhnya. “Sudah lama mati?”

“Iya mati! Dia tidak akan hidup lagi.”

“Kamu hidup.” Zahra memicingkan mata curiga. “Kamu mati tapi hidup.”

Daffa mendengkus sinis. “Jiwaku mati. Tubuhku saja yang hidup. Sebenarnya aku adalah orang mati juga.” Dia berkata dan malah membuat Zahra mundur takut.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang