45. Hati Yang Berdoa

5.4K 1K 42
                                    

"Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

© Story of "Surga di Balik Jeruji" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

"Detik-detik menakutkan dalam dalam hidupku adalah saat berpikir aku akan kehilangan kamu"

***

"Kamu mau pergi kemana Alya?"

Alya kepergok ketika menurunkan kedua kakinya ke lantai, menyeret tiang infus, hendak keluar dari kamar. Muhammad Sani segera mendekati dan mengambil kembali tiang infusnya.

"Kamu mau kemana?" tanya Sani lagi.

"Alya ingin ketemu Anisa."

Tidak ada gunanya untuk mengelak sekarang. Alya terus memikirkan kondisi Anisa yang tidak bisa ditemui selama beberapa hari.

Sani menghela napas panjang. "Belum waktunya. Kondisi kamu masih..."

"Alya baik-baik saja," elak Alya. "Alya sudah cukup kuat. Alya malah bisa jalan sekarang." Dan memperlihatkan kedua kakinya yang menginjak lantai tanpa goyah.

Sani menghela napas lagi. Memang benar kondisi Alya membaik tapi memar-memar itu belum sepenuhnya hilang, bahkan memar di lingkaran leher yang tersembunyi di balik kerudung pastilah masih membengkak, dapat bisa terlihat dari suara Alya yang serak. Namun yang membuat Sani tidak habis pikir adalah bagaimana bisa Alya memikirkan kondisi orang lain sedangkan kondisinya belum sepenuhnya pulih.

Sangat keras kepala perempuan ini!

"Kita tanya Farhan dulu." Sani memutuskan.

"Kok tanya sama Kak Farhan? Jangan!" cegat Alya saat Sani yang hendak mengambil ponsel. "Jangan bilang Kak Farhan. Dia masih marah sama Alya, masih nggak mau ngomong sama Alya. Gimana kalo dia tahu Alya ketemu sama Anisa? Alya bakal nggak dianggap adiknya lagi." Dan tertunduk sedih.

"Kalo nggak izin sama Farhan. Aku yang bakal dimarahi." Sani mengedarkan pandangan ke kamar rawat. "Mamah sama Papah mana?" carinya.

"Mamah sama Papah pulang sebentar," jawab Alya.

"Lalu yang jaga kamu siapa?" tanya Sani cemas.

Dia memperlihatkan rasa khawatir. Bukan pada kondisi Alya tapi kepada tingkah Alya yang selalu mengambil keputusan sendiri. Kalau saja dia tidak datang tadi, Sani yakin Alya sudah berkeliaran di lorong rumah sakit untuk menemukan Anisa.

"Alif."

"Lalu Alif mana?" Sani berkacak pinggang. Seperti siap meluapkan amarah kepada Alif. "Kok kamu ditinggal sendiri? Gimana sih ceritanya?"

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang