34. Peredam Amarah Farhan

5.9K 1K 39
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kamu kesini cuma ingin pamer. Ingin menunjukkan pada dunia kalau kamu rela melepaskan semua demi kebenaran”

***

Pikiran serta hati Farhan Maulana kacau. Dia dibuat emosi oleh dua kejadian tidak mengenakan yang terjadi hari ini. Seakan sedang meluapkan emosi yang belum tersalur dengan benar, Farhan melajukan mobil lebih cepat di jalan tol menuju Bogor.

Dia butuh nasihat, butuh penghiburan dan Farhan yakin orang ini sangat diandalkan untuk membantu mencari jawaban ketika hati dilanda cemas dan bingung.

“Sialan!” rutuk Farhan memukul setir mobil. “Berani banget dia mengancam gue? Pengacara sampah!” Dia menambahkan dengan emosi.

Tidak perlu bertanya siapa yang membuat Muhammad Farhan Maulana geram. Semua orang yang kenal Farhan pasti tahu, umpatan ‘Pengacara Sampah’ di tujukan kepada siapa. Tentu saja kepada rival yang sering menjadi lawannya di meja hijau.

Hari kekalahan Farhan lagi di sidang. Kasus yang sebenarnya nyata bentuk kekerasan namun terdakwa malah dijatuhi hukuman ringan. Farhan tidak bisa berkata saat hakim mengetuk palu. Sungguh, dia harus memuji kesabarannya waktu itu karena tidak melompati meja dan melayangkan tinju ke wajah Bahar Effendi.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Hari ini Anda bekerja dengan keras Pak Jaksa,” sindir Bahar.

Dia sengaja mendatangi meja Farhan walaupun Farhan bersiap-siap untuk pergi. Bahar duduk di atas meja, menyilangkan kedua lengan di depan dada. Arogan seperti biasa ketika dia memenangkan kasus.

“Saya tidak punya waktu untuk meladeni keramah-tamahan Anda. Saya harus pergi ke suatu tempat!” Farhan berucap sangat dingin. Dia melepas baju toga dan melemparnya ke dalam tas.

Bahar berdecak prihatin. “Saya mengerti kenapa Pak Jaksa muda kita menjadi marah. Apa karena keputusan Hakim yang menjatuhkan satu tahun hukuman penjara pada terdakwa? Ayolah jangan berpikir kolot, dia hanya memberikan peringatan kepada korban. Tidak ada niat terselubung apa lagi dendam,” terangnya.

Farhan mendengkus. “Menyiram dengan bensin dan membakar korban. Luka bakar empat puluh lima persen! Anda pikir itu hanya peringatan? Itu bentuk kekerasan! Korban cacat sekarang, dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya,” semburnya menggebu-gebu.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang