19. Kebenaran dalam Kelam

7.2K 1.1K 43
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Fakta bisa di rancang seakan-akan itu adalah kebenaran. Tapi kebenaran tidak bisa dirancang apalagi dibuat-buat. Tuhan paling mengetahui tentang itu”

***

“Assalamualaikum Kak Halim. Maaf sudah membuat menunggu lama.” Alif datang. Tampak tergesa-gesa.

Halim berdiri. Dia menyambut kedatangan Alif yang rela menembus hujan demi menemuinya, melajukan motor ke kedai tempat mereka berjanji bertemu.

“Seharusnya aku yang minta maaf karena menelpon dan meminta bertemu,” sesal Halim. Ketika Alif duduk dia menyodorkan ice coffee untuknya. “Apa jalan macet?”

Alif menggelengkan kepala. “Bukan masalah macet tapi saya harus mampir sebentar di kantor kakak saya untuk mengambil sesuatu.” Dia meminum segera ice coffee untuk meredakan dahaga.

“Mengambil sesuatu?”

Alif menganggukkan kepala. “Saya tahu alasan Kak Halim menelpon saya. Dan sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama.” Dia menangkap raut bingung Halim. “Pasti Kak Halim ingin bertanya bagaimana saya mengenal Bahar Efendi, kan?”

“Iya. Siswanto cerita sama aku. Beberapa hari yang lalu kamu tampak kaget waktu mendengar nama Bahar Effendi. Kaget waktu mendengar dia menjadi tamu di lapas.” Halim melipat kedua lengan di depan dada. “Apa kamu mengenal Bahar?”

Alif menghabiskan ice coffee lalu dia menganggukkan kepala. “Nggak secara langsung tapi saya tau dari Kakak saya; Farhan Maulana. Bahar adalah pengacara yang membuat Kak Farhan kesulitan,” ceritanya.

“Kesulitan apa maksud kamu?”

“Bahar adalah pengacara yang menghalalkan segala cara untuk memenangkan kasus walaupun dengan cara ilegal. Kakak saya adalah seorang Jaksa, dia menceritakan banyak hal tentang Bahar Effendi sama saya.” Alif kemudian berbisik. Tidak perlu dilakukan sebenarnya karena di kedai itu hanya ada mereka berdua. Namun dari sikap Alif, dia terlihat sangat waspada. “Bahar memiliki banyak koneksi dengan para pejabat dan politikus yang memiliki posisi tinggi di pemerintahan. Bisa dibilang Bahar Effendi adalah pengacara andalan para politikus dan pejabat ketika mereka tersandung kasus hukum.”

Halim mengerutkan kening. “Sepenting itu kah Bahar? Lalu kenapa?” Dia menelengkan kepala. “Bahar mengunjungi orang yang nggak memiliki jabatan di Lapas Arisuma. Orang yang sama sekali nggak memiliki hubungan dengan orang-orang yang penting seperti Aceng.” Terlihat bingung.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang