"Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
© Story of "Surga di Balik Jeruji" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
."Hei teman, waktu telah berlalu tapi entah kenapa kamu tetap sama di mataku"
***
Alya Sahira berdiri tepat di samping kameraman, mata tidak beralih pada meja di tengah studio, menaruh penuh perhatian pada host talk show yang sedang melakukan gelar wicara bersama narasumber dengan ekspresi serius.
"Menurut Anda, apakah undang-undang yang baru ini akan menguntungkan rakyat atau malah sebaliknya, hanya memuaskan para penguasa?" tanya sang Host. Seorang wartawan senior. Maya.
Pertanyaan tajam Maya, membuat semua orang di dalam studio-kebanyakan adalah dari kalangan mahasiswa mendengarkan dengan seksama. Sebagian besar dari mereka, melontarkan gumaman keras. Memberikan protes kepada bintang tamu yang tidak lain adalah anggota dewan perwakilan rakyat.
"Tentu saja demi rakyat! Tidak mungkin kami yang terpilih oleh rakyat mementingkan diri sendiri di bandingkan masyarakat Indonesia."
Si narasumber menjawab dengan tenang walaupun mendapatkan bantahan serta cemoohan dari penonton.
"Lalu kenapa undang-undang Sipnaker tampak dipaksakan Pak?" Maya menekan lagi. "Kenapa undang-undang ini disetujui dengan tergesa-gesa bahkan di rampung dan disahkan hanya dalam hitungan hari? Sungguh, ini sangat aneh, mengingat kita lihat..."
Maya mengambil lembaran kertas. Dia melirik kepada Alya yang menganggukkan kepala dan memberikan aba-aba dengan kedua tangan, menyuruh Maya agar materi pembahasan diperpanjang.
"Mengingat undang-undang lain, seperti undang-undang Jamkerdas, Hamturi dan banyak lainnya membutuhkan waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun untuk mensahkannya?"
"Itu karena kami sudah mempelajari undang-undang ini sejak lama." Tetap si narasumber berkilah.
Alya mendengkus. Sangat lucu sebenarnya mendengar bantahan dari anggota perwakilan rakyat hanya untuk berkelit dan menghindar. Wawancara yang berlangsung selama satu jam lebih, sama sekali tidak berbobot, hanya berisikan pembelaan diri, tidak memberikan solusi.
"Ini akan memicu demo lebih besar lagi," gumam Alya, menggelengkan kepala.
Sang narasumber kesal pada Maya dan memilih keluar dari studio, diiringi sorakan dari para mahasiswa yang mengatai 'pengecut.' Dia menghentikan wawancara dan meninggalkan stasiun televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...