74. Extra Chapter : Langit Untuk Senja

14.1K 1.3K 84
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Dari angkasa mimpimu berasal. Sungguh kau adalah langit biru di mana senja selalu menyapa.”

***

“Lo mau kemana?” tanya Edy langsung saat melihat Daffa menuruni tangga, sudah berpakaian rapi.

“Saya boleh keluar sebentar Bang?” Daffa menghampiri. Kaki terantuk meja saat tergesa mendekati Edy. “Dan saya pinjam motor sebentar.”

Edy menghela napas panjang. Dia memperhatikan Daffa dengan cemas. “Apa nggak ingin istirahat dulu? Kamu baru pulang seminggu yang lalu Daffa. Istirahat lah lebih lama di tempat tidur,” pintanya.

Lalu perhatian Edy teralih, mendengar keributan saat beberapa pekerja tanpa sengaja menjatuhkan guci keramik hingga pecah.

“Biarkan saja! Jangan panik. Tidak akan saya potong gajih kalian,” katanya, menambahkan.

Daffa ikut menoleh. Para pekerja itu menghela napas lega. Mereka memberikan senyuman kepada Daffa, menganggukkan kepala lalu melanjutkan pekerjaan mereka untuk mengepak barang ke dalam kardus.

“Di kirim ke luar negeri lagi Bang?” tanya Daffa melihat kesibukan di Galeri Mabel Edy. Furnitur terbungkus dengan rapi. “Pesanan lagi?”

Edy mengangguk. “Thailand. Harus sampai minggu depan.” Dia memperhatikan pekerja sejenak kemudian kembali kepada Daffa. “Mau kemana? Pergi kemana? Nongkrong ke tempat Adul atau Bonte? Kan kemarin mereka ke sini.”

“Ada tempat yang saya ingin kunjungi. Sebentar saja. Suntuk di dalam kamar. Lama di Singapura, saya ingin makan jajanan pasar,” pinta Daffa dengan manja.

“Alasan banget!” Edy mendengkus kesal. Dia mengeluarkan kunci motor dari saku celana dengan enggan. “Hati-hati bawa motornya atau Mang Mamat aja deh yang bonceng.” Menawari dan menarik Mamat; pekerjanya yang lewat membawa meja berat.

“Nggak usah Bang. Saya bisa kok.”

Daffa tampak senang. Menyambar kunci dan melangkah keluar dari galeri sebelum Edy berubah pikiran.

“Daffa! Hati-hati gue bilang dan jangan pulang terlambat. Malam ini! Bukannya malam ini acaranya?” Edy mengingatkan saat Daffa memasang helm. “Jangan merusak rencana yang sudah lo persiapkan baik-baik.”

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang