“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.“Tuhan, kemana lagi aku berlari? Kemana lagi aku bersembunyi?”
****
Alya mendapati dirinya duduk termenung di kursi dingin rumah sakit, sesekali matanya yang sembab menatap ke pintu IGD yang masih tertutup. Dia memperhatikan sekitar, melihat Halim dan Siswanto tetap di posisi berdiri yang sama, di depan pintu IGD. Sesekali mereka melayangkan pandangan keluar jendela, mengusir penat dan juga lelah.
“Kenapa lama banget?” Abizar berbisik. Bertanya kepada Alif. “Sudah dua jam loh. Nggak masuk meja operasi, kan? Maksud gue Kak Daffa cederanya nggak parah banget, kan?”
Perkataan Abizar yang berbisik masih terdengar oleh Alya, malah semakin menambah rasa takut yang menyelimuti hati.
“Sttt!” Alif memberikan peringatan segera pada Abizar. “Jaga omongan lo. Alya bisa dengar. Lo bisa bikin parah keadaan tau nggak sih.”
Alif yang bodoh!
Alya sudah terlanjur mendengar itu semua. Dia, mendengarkan dengan baik semua perkataan orang-orang. Rasa kekhawatiran mereka, ucapan cemas mereka, terserap baik oleh Alya.
“Al!” Keyla memanggil.
Alya mendongak. Keyla dan Fitri datang dari arah kantin rumah sakit, mereka menenteng kantong plastik yang berisikan roti dan juga botol air mineral. Keyla membuka tutup botol air segera setelah dia mengenyakkan diri duduk di samping Alya.
“Minum dulu gih! Lo sama sekali nggak minum daritadi,” suruh Keyla. Menyodorkan botol air mineral.
Fitri menangkap wajah enggan dari Alya. “Minum Al! Jangan menyiksa diri. Kalo lo pengen menjaga Kak Daffa, pengen melindungi dia. Maka lo harus membuat diri lo kuat terlebih dulu. Itu baru urutan yang benar,” nasihatnya. Dia juga membuka bungkusan lain yang berisikan obat merah dan handyplast.
Alya menghela napas panjang. Perkataan Fitri membuat matanya memanas lagi.
“Semua salah gue! Karena keegoisan gue,” sesal Alya menundukkan kepala. “Kalo saja gue nggak bodoh mendatangi Daffa ke selnya dia! Kalo saja gue sedikit menahan diri. Kejadian ini pasti nggak bakal terjadi. Daffa pasti nggak terluka kayak gini.”
“Penyesalan selalu datang belakangan.” Fitri menanggapi dengan dingin, dia menuangkan obat merah ke cotton bud, mendongakkan wajah Alya dan kemudian mengoleskan perlahan ke luka lecet di sudut bibir Alya. “Lalu apa dengan meratapi itu bisa merubah keadaan? Apa dengan menangis bisa menolong Kak Daffa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritualDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...