38. Akulah Yang Benar. Kaulah Yang Salah

6K 1.1K 37
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”

***

Hari ini ada yang berbeda dengan suasana lingkungan Lapas Arisuma. Biasanya pada jam bebas para napi akan berpencar di beberapa wilayah namun kali ini hanya berpusat pada satu tempat yaitu Musholla At-Taqwa. Mereka memenuhi ruangan Musholla hingga ke halaman dan terpaksa duduk di rerumputan. Tidak lain karena hari ini adalah pengajian bulanan, salah satu rutinitas yang diselenggarakan lapas Arisuma dengan menggundang salah seorang ustadz.

Para mahasiswa perfilman tidak menyia-yiakan momentum ini. Mereka sudah menyalakan kamera dan merekam kegiatan pengajian masal yang hanya diadakan satu bulan sekali.

Alya berdiri di sudut Musholla. Dia menemukan orang yang dia kenal. Daffa, Bonte, Adul dan Edy berada di barisan depan. Dekat dengan Ustadz Manaf. Ustadz yang sering membimbing para napi Lapas Arisuma secara spiritual.

Lantunan ayat suci bergema, dilantunkan oleh puluhan para napi, memantul dari satu dinding ke dinding lainnya, keluar Musholla dan diperdengarkan oleh langit. Hanya dengan mendengarnya saja, ketika Kallam Allah dibaca dengan sepenuh hati membuat tubuh gemetar karenanya.

“Hari ini! Kita ngumpul lagi.” Manaf memulai ceramah. Dia berdiri di tengah lingkaran dan menjadi pusat perhatian. “Kita pada mau ngapain yah? Enaknya bahas apaan?” tanyanya, memberikan senyum ramah.

Adul segera mengangkat tangan. “Diskusi aja Tadz, bahas yang rame kayak kemaren. Yang asyik-asyik aja,” usulnya sembari menaik-turunkan alis.

“Yang kemaren emang bahas apaan?” tanya Manaf. Lupa.

“Bahas soal hukum mempunyai isteri lebih dari satu.” Bonte tersenyum lebar. “Poligami.”

Terdengar sahutan senang dari para napi. Mereka saling senggol dan setuju untuk membahas tema seorang lelaki jika mempunyai isteri lebih dari satu. Sepertinya itu menjadi topik pembahasan yang paling disenangi oleh para napi. Manaf berdeham. Dia berdiri dengan gelisah.

“Yang lalu jangan diungkit lagi dong. Kan sudah jelas kemarin. Masa kita membahas tema yang sama dan lagipula ada tiga kaum perempuan yang sedang plototin gue dari sini sekarang,” tunjuk Manaf ke Alya, Keyla dan Fitri yang wajah mereka segera masam. “Gue masih pengen panjang umur. Bini gue masih nunggu di rumah. Masih banyak tanggungan.”

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang