55. Perintah Raja

6K 1.1K 237
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.
“Jangan pergi sebelum keadilan ditegakkan. Aku tidak mau membersihkan nama dari orang yang telah tiada”

***

Suara langkah kaki mendekat, memberitahu Daffa Raffan bahwa orang sedari tadi dia tunggu akhirnya datang.

Halim menyentuh pundaknya.

“Gue tinggal sebentar. Lebih baik kalian membahas masalah ini berdua,” ucap Halim. “Tapi seperti biasa lo jangan terbawa emosi. Harus tenang.” Dia menambahkan kemudian.

“Kapan gue terbawa emosi?” tanya Daffa.

Halim mendengkus.

“Selalu! Setiap kali kalian bertemu, kalian selalu perang urat syaraf. Kalian seperti minyak dan air, sama sekali nggak bisa disatukan.” Halim mengangguk kepada tamu yang datang ke ruang kunjungan. “Apa perlu gue nggak tinggalkan kalian? Ah! Siswanto di mana sih? Tiba-tiba menghilang gitu aja. Padahal gue butuh dia buat menjaga lo.” Dia mencari keberadaan Siswanto yang tidak terlihat.

“Pergi saja. Gue nggak papa,” suruh Daffa.
 
“Assalamualaikum, maaf datang terlambat.” Farhan Maulana berada di depan mereka. Dia mengulurkan tangan untuk menjabat Halim. “Singgah sebentar di kepolisian tadi.”

“Walaikumsalam. Maaf juga menelpon mendadak. Daffa ingin menyampaikan sesuatu.” Halim balas menjabat.

Senyum terukir di bibir Farhan. “Saya harap itu sesuatu yang menarik sehingga kedatangan saya tidak sia-sia. Saya tidak ingin membuang waktu yang berharga dengan mendengar penyangkalan basi.” Selalu dengan perkataannya yang sarkas.

Halim mendekati Farhan, merendahkan suara hampir berbisik. “Tolong jangan terlalu keras sama Daffa,” pintanya.

Farhan memperlihatkan ekspresi tak berdosa. “Kapan saya keras? Karakter saya memang seperti ini. Malah! Ini termasuk sikap yang paling lembut,” belanya.

Farhan meletakkan tas di atas meja. Menarik kursi dan duduk. Dia menyilangkan kaki, tertawa kecil ketika menangkap raut wajah Halim yang tidak percaya dengan perkataannya.

“Halim, kalo kamu kenal saya lebih lama. Mungkin kamu bakal tahu siapa saya. Dari kabar para napi yang saya jebloskan ke dalam penjara, kamu pasti akan  mendengar saya adalah jaksa berhati dingin.” Farhan menyombongkan dirinya di masa lalu. “Tidak ada yang berani membantah saya. Semua! Para penjahat, selalu terjebak saat diinterogasi sama saya.”

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang