31. Dikucilkan Dunia

6.5K 1.1K 67
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

***

Sepasang kaki kurus dan penuh luka milik Daffa Raffan menginjak lumpur dalam. Membuatnya terbenam hingga mata kaki. Dia melangkah gontai kehilangan arah. Linglung serta bingung. Mendapati diri telah terbangun di sebuah tempat tak yang dikenal sedang ingatan terakhir dia tenggelam dalam sungai yang menghanyutkannya.

“Kakek! Kakek! Ada orang. Ada orang!”

Suara melengking dari seorang gadis berparas cantik membuat Daffa berpaling. Gadis berambut panjang berlari kearahnya sembari memeluk boneka lusuh tanpa kepala. Berjalan dengan cepat di atas lumpur. Gadis itu tidak memperdulikan dress putih selutut yang dikenakan menjadi kotor. Dia berhenti di depan Daffa. Membungkukkan badan untuk melihat lebih jelas wajah lelaki yang tertutupi lumpur. Menatap lekat Daffa yang berdiri diam masih dalam bingung.

Jari telunjuk si gadis menyentuh dada Daffa.

“Hidup? Mati?” tanya gadis berambut panjang. Penasaran.

Namun tidak ada tanggapan sehingga si gadis berambut panjang melambaikan boneka tanpa kepala di depan mata Daffa.

“MATI!”

Dia kemudian menyimpulkan sendiri sembari bertepuk tangan.

Aneh! Gadis itu lebih tua dibandingkan Daffa tapi kenapa bertingkah seperti anak kecil? Daffa tidak bisa melontarkan pertanyaan kepada gadis berambut panjang karena gelap menyelimuti dunianya lagi. Dia terjatuh dalam kubangan lumpur. Membiarkan gadis itu berteriak dan memecah keheningan siang yang sepi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi dan malam datang silih berganti. Saat mata Daffa terbuka dia melihat atap bambu lusuh dipenuhi sarang laba-laba. Begitu banyak lubang sehingga sinar matahari masuk dengan bebas, berselang-seling menerangi. Dan saat dia terlelap lagi dan terbangun keesokan hari, wajah asing menyapa. Seorang kakek dengan pelupuk mata berat melambaikan tangan. Kakek itu tidak bersuara. Hanya menggerakkan kedua tangan seperti menarikan kedua tangan di udara. Lagi! Daffa tidak sempat untuk bertanya. Rasa kantuk membuatnya terlena untuk terlelap. Memutuskan menunda, dia memilih menutup matanya kembali.

Hujan juga mengambil andil bagian untuk membangunkan Daffa. Rinainya merembes masuk dari atap yang berlubang dan menerpa wajah. Dan kali ini bukan wajah si kakek yang menatapnya. Namun gadis berambut panjang. Dia datang lagi, masih setia dengan boneka lusuh tanpa kepala.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang