33. Rumah Tempatku Pulang

5.7K 1.1K 50
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Seperti layaknya namamu. Anak lelaki berparas tampan yang mempertahankan diri dari dunia.”

***

“PEMBUNUH!”

Teriakan keras Zahra menghentikan Daffa untuk mengayunkan celurit. Sajam itu berhenti di tengah udara, mata tajamnya mengarah ke leher Rudy, sedikit lagi menyobeknya.

Kesadaran Daffa kembali, berusaha keras menahan emosi yang lepas kendali, dia menurunkan celurit dengan tangan gemetar. Rudy jatuh terduduk di tanah. Napasnya memburu dengan cepat tapi bukannya takut, dia malah tertawa. Rudy memperlihatkan ekspresi tertarik kepada Daffa.

“Apa yang dia lakukan?”

“Dasar gila, dia benaran mau membunuh!”

“Kita laporkan ke warga. Biar dia di usir dari kampung ini.”

Para pemuda, teman-teman Rudy mengomentari. Melihat takut kepada Daffa dan mengambil jarak aman, mata mereka tidak beralih dari celurit yang masih di pegang oleh Daffa Raffan.

“Si mati! Dia hidup, Kakek,” seru Zahra.

Perempuan itu berlari kearah Slamet dan memeluk punggung kakek tua itu. Mereka berdua tercengang melihat Daffa Raffan yang sebelumnya terbaring di dipan bambu sekarang terbangun dengan penuh amarah.

“Ja-ngan! Ja-ngan la-ku-kan!” Slamet meminta dengan terbata-bata kepada Daffa. Takut serta cemas.

Rudy berdiri. Dia menyeka pasir-pasir yang menempel di siku lengan. Tawanya semakin keras. Dia mendekati Daffa.

“Kita bahkan belum memperkenalkan nama kita satu sama lain tapi lo sudah mencoba mengambil nyawa gue.” Senyum sinis terukir di bibir Rudy. “Nggak santun. Bahkan malaikat pencabut nyawa harus mengantongi nama terlebih dahulu sebelum mengambil nyawa hamba Allah.” Dia menambahkan sembari menasihati.

“Rud! Mending kita pergi dari sini.” Teman Rudy memperingati, melirik Daffa dengan manik mata gemetar. “Dia gila. Jangan meladeni.”

“Kalo dia gila kenapa?” sahut Rudy mengangkat kedua bahu. Tampak tidak peduli. “Dia orang pertama yang berani mengarahkan celurit ke leher gue. Belum ada sebelumnya. Mungkin…” Memberikan tatapan tajam kepada Daffa. “Dia sudah bosan untuk hidup. Melawan Rudy Kusuma? Hanya akan memperpendek umur.” Dia tertawa lagi.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang