"Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu kebetulan semata."
© Story of "Surga di Balik Jeruji" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.
"Bahwa Allah selalu memberi kesempatan kepada hamba-Nya"***
Seorang perempuan mengedarkan pandangannya pada sebuah kantor pribadi yang terlalu biasa untuk ditempati seorang kepala bagian sebuah instansi. Apa yang dia harapkan? Apa dia akan melihat sebuah kemewahan? Dengan adanya televisi LED, ruang full AC atau kursi yang empuk? Semua kenyamanan itu tidak bisa ditemukan di sini.
Dan apa dia juga akan melihat para pegawai dinas hilir mudik sembari tertawa lepas? Atau sesekali menangkap percakapan hal biasa tentang kehidupan mereka? Atau keluhan tentang pekerjaan yang membosankan di balik meja?
Tidak!
Di tempat ini, para pegawai selalu tampak siaga dan waspada, menyandangkan tongkat besi panjang di sisi sabuk menunjukkan identitas mereka sebagai sipir penjara.
Perempuan itu menoleh ke arah pintu keluar ketika beberapa sipir lewat dan suara mereka terdengar ke dalam kantor.
"Sel A di sektor 1, sepertinya perlu perhatian lebih, beberapa anak mulai berulah, semua karena pengaruh Aceng!" keluh salah satu sipir.
"Perlu peningkatan pengamanan lebih, menambah lima sipir adalah pilihan yang tepat! Mengingat Aceng adalah ketua geng mafia. Lo tau bagaimana polisi bersusah payah meringkusnya? puluhan tahun!" sahut sipir lainnya.
Begitu banyak kesulitan yang menantang dalam pekerjaan mereka. Perempuan itu bertanya dalam hati kenapa mereka mau dan memilih bekerja di sini? Di tempat yang mungkin bisa membahayakan nyawa mereka.
Dan sepertinya bukan perempuan itu saja yang berpikiran sama, tapi juga seorang pria paruh baya bertubuh gempal yang menyambut kedatangannya.
Perut buncit lelaki paruh baya itu tampak tersiksa di balik seragam ketatnya, membuat kancing-kancing baju seperti ingin meloloskan diri ketika dia duduk.
Dari seragam dikenakan sebuah nametag memperlihatkan nama serta jabatannya; Bahri Akbar, Kepala Lembaga Permasyarakatan Arisuma.
"Bapak sudah menerima permohonan kamu, tidak mau berpikir ulang? Apa Nak, maaf siapa nama kamu tadi?" Bahri mengerling perempuan yang duduk di depannya. Dia sudah menanyakan nama untuk puluhan kali.
"Alya, nama saya Alya Sahira Pak," jawab perempuan itu sembari memberikan senyuman.
"Oh ya Nak Alya." Bahri mengangguk. "Jadi kamu ingin melakukan tugas akhir kuliah di sini? Di penjara? Dan ingin membuat film dokumenter tentang narapidana? Tidak salah Nak?" tanya Bahri lagi, sedikit meragukan keputusan Alya namun lebih banyak mengkhawatirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga di Balik Jeruji | Langit
SpiritüelDemi mendapatkan nilai memuaskan untuk tugas akhir, Alya Sahira mahasiswi dari fakultas perfilman memutuskan membuat film dokumenter tentang kehidupan narapidana di lembaga pemasyarakatan, meliput kehidupan para pendosa yang mencari pengampunan Tuha...