Namamu Ratna (5)

398 13 0
                                    


Sebentar lagi sampai...

Fikirnya, menemani langkah kaki yang telah di perlambat, menyusuri kesendirian dalam nuansa yang berbeda dari sebelumnya. Cahaya yang sedari tadi mengusik kedua bola matanya, ternyata berasal dari rumah sederhana ini. Cahaya yang terpancar dari kaca jendela depan, memancarkan tanda tanya dari manakah asalnya. Cahaya yang terpancar jauh melebihi apa yang ia bayangkan, membuatnya semakin ingin mengetahuinya.

Perlahan namun pasti, ia sgera memajukan tangannya guna meraih gagang pintu tersebut. Rasa ragu dan bimbang selalu menghantuinya, agar tak membuka pintu misterius ini. Namun karena rasa penasaran yang sudah tak terbendung, ia bertekad utuk mengunggkap misteri di balik pintu tersebut.

Kreekkkk...

Silau sekali...

Cahaya yang terpancar ke segala arah, melewati pintu yang terbuka ini. Matanya yang tak kuasa menahan, ia pejamkan begitu dalamnya. Tangan yang sedari tadi memegang gagang pintu, ia angkat untuk menjadi tembok penghalau cahaya ini. Hingga sinar itu perlahan meredup dan menghilang.

Perlahan, tak kala ia membuka matanya pemandangan di depannya berubah seketika. Sumber cahaya yang sedari tadi menyilaukannya, ternyata bersama dengan plafon di atasnya. Sebuah lampu neon panjang itulah jawabnya, benda yang masih saja menyala, walau keadaan sekitar yang mulai begitu terang seiring dengan cahaya sang mentari.

"Ini di mana?"

Ah..

Rasa sakit yang dirasakan oleh setiap saraf tubuhnya, terasa menyengat batin. Apalagi sakit yang bersumber dari kepalanya ini, terasa sangat memberatkannya. Persendian yang begitu kaku, menambah linu yang amat sangat. Apabila ia ingin mengerakannya, walau sekedar berpindah satu inc.

Ditambah, ia sekarang tidak tahu keberadaannya sekarang. Kondisi yang ia sadari, bahwa ia tengah terbaring lemah. Alat bantuan oksigen yang menutup hidung dan mulutnya. Semakin menambah kebinggungan yang ada di benaknya.

"Alhamdulillah."

Terdengar suara yang terasa tak asing beginya. Suara seseorang yang terlihat berbanding terbalik dengan dirinya. Wajahnya yang ditempatkan di atasnya, serasa mengingatkan akan sosok itu, senyum itu. Secepat kilat, pemandangan itu segera hilang dari hadapannya. Berganti dengan suara langkah kaki kepergiannya, meninggalkan dirinya sendiri dalam kepiluan.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang