Penyatuan Hati (10)

144 2 0
                                    


"Kamu sudah sadar."

Terdengar lirih, ucapan dari sisi kirinya. Memberikan kehangatan tersendiri pada tangannya. Mengabaikan seluruh dingin yang telah menguasai tubuhnya.

Matanya masih berkunang-kunang, memunculkan rasa sakit dari sekujur badannya. Perlahan, kepalanya pun ia tengokkan ke arah sumber suara itu. Melihat lelaki itu terbaring di atas bebatuan dengan kaki yang masih terkena arus sungai.

"Mas..." ucapnya mencoba menggerakkan tubuh yang masih terbelenggu dengan rasa sakit yang amat sangat. Tubuhnya terasa kaku, tak mau mengikuti hati yang telah tersadar sepenuhnya. Bahkan, bibir pucatnya pun serasa tak mampu mengucapkan kata-kata dengan volume normalnya.

"Aku cuma mau bilang kepadamu untuk terakhir kalinya..."

Terputuslah perkataan lelaki itu. setelah mengeluarkan batuk beserta darah mengalir dari pinggir bibirnya. Membentuk sungai darah bercampur dengan air hujan yang telah meredakan serangannya.

"Kamu kenapa mas?"

Betapa terkejutnya ia. Ketika menyadari ada sebuah ranting berlumuran darah, telah menembus perut kanan lelaki ini. Tangan kiri yang sedari tadi dalam kehangatan, kini telah mulai kehilangan sumber panasnya. Segera, ia memaksakan tangannya ini untuk segera beranjak.

Namun, tubuhnya masih saja menolak setiap perintahnya. Jemarinya hanya bisa mengenggam tangan itu dengan lemah. Seolah tak ingin kehilangan genggaman yang kian lama telah mengendurkan kekuatannya.

"Aku masih mencintaimu... sama seperti dulu..."

"A..a.. apa yang... kamu katakan?" ucapnya yang bisa mengeluarkan seluruh curahan hatinya. walaupun dengan seluruh tenaga yang ia punya.

Semakin ia melawan. Rasa sakit ini semakin memelukknya dengan erat. Rasa sakit yang telah mulai merenggut kesadarannya.

"La illa haillalloh... Muhammadur rosululloh..."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang