Bukit Cinta (5)

88 2 0
                                    


Hari yang sudah beranjak gelap. Menembus semua warna yang tersusun rapi berdasarkan sunnatulloh. Tak menyisakan cahaya yang sedari tadi menyelimuti mereka. Cahaya yang menjadi sebuah inti dari pembiasan kornea mata yang membuat sesuatu menjadi terlihat berwarna.

Seluruh peserta segeera melakukan semua kegiatan untuk menyambut datangnya gelapnya malam ini. Menyiapkan sang api sebagai pengganti sumber matahari mereka. Meletakkannya di tengah-tengah tenda yang berjejer melingkar, menyinari ke segala penjuru.

Kegiatan malam yang di isi dengan bersantai dan berakrab ria. Terasa begitu berbeda ia rasakan. Hatinya masih saja tercampur aduk dengan semua perasaan yang ia miliki.

Terlebih, saat ini. Saat ada acara kumpul bersama melingkari api unggun yang masih membara. Ia melihat kekasihnya mencuri pandang ke wanita lemah, yang duduk di samping sahabatnya. Membuat hatinya semakin sumpek saja, ingin segera ini berakhir. Sehingga ia bisa menenangkan diri, sebelum semuanya menjadi runyam.

"Yul, kamu kenapa?"

Ia pun terkaget melihat seseorang di sampingnya, tiba-tiba mendorong dirinya pelan dengan bahunya. "Ngak apa-apa kok mas."

"Ada apa? Kok ngelamun terus?"

Ah... masa bodoh...

Dari pada aku pusing sendiri...

Ia sudah merasa dalam puncaknya. Tak bisa menahan lagi semua beban fikirannya ini. "Mas, aku mau tanya."

"Tanya apa?"

"Mas kenal Ratna?"

"Kenal," jawabnya seraya menyeruput kopi panas penghangat tubuhnya.

Kenapa ekspresimu masih begitu dingin?

Ada apa sebenarnya?

Ia pun semakin tak mengerti dengan tunangannya ini. "Mas punya rasa ngak dengan dia?" tanya Yuli yang mulai meruncingkan pembicaraan.

Tiba-tiba. Ia melihat lelaki yang tengah menyeruput kopinya ini tiba-tiba terhentak. Seperti seseorang yang terkejut. "Mas.." ucapnya yang khawatir dengan perubahan sikap itu.

"Kenapa kamu tanya seperti itu?"

"Enggak ada apa-apa. Cuma pingin tahu kejelasannya dari mas Imam sendiri," jawab Yuli meyakinkan lelaki ini. Seraya menceritakan pertemuan tadi sore dengan wanita yang tengah mereka perbincangkan ini.

Lelaki ini pun hanya terdiam, memandangi api yang telah mulai meredup. Menyisakan bara api yang masih begitu menyala-nyala. Tak memancarkan cahaya terang, namun masih memiliki panas yang hampir sama.

"Aku dan Ratna dulu saling menyayangi."

Nafasnya pun terasa terhenti melihat lelaki yang tengah mematung ini. Ia terasa begitu berat untuk menarik udara yang terasa ikut kecewa, sama seperti dirinya. "Kalau sekarang?" timpalnya, seraya memandang lelaki itu dalam-dalam.

Satu. Dua. Tiga detik tak ada gerakan di sana. Momen ini seperti sedang terbekukan dalam lensa kamera. Layaknya gambar yang tak bisa bergerak ke masa depan.

"Kan aku sudah punya de Yuli yang cantik.." jawabnya seraya memandang balik dengan senyumannya.

Senyuman apa itu mas?

Namun, jawaban yang ia rasa hanya candaan. tak dapat mengelabuhinya. Terpancar rasa kesedihan yang begitu dalam di hati lelaki ini yang masih di sembunyikannya. Rasa itu pun terasa telah menembus bola mata itu. Menuju hatinya yang mampu merasakan kondisi itu. Menjadikan lidahnya kelu, untuk menyanggah hal itu.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang