Aku Kuliah (2)

258 12 0
                                    


"Iya, mungkin tiga hari lagi aku akan membawanya kesana," ucapnya kepada seseorang yang jauh di seberang sana.

"Aku tidak mau kalau ia semakin terpuruk."

"Mas."

"Eh, Ratna," ucapnya tersentak melihat seseorang yang tiba-tiba menepuk pundaknya. "Sudah dulu ya... Nanti di sambung lagi," tegasnya seraya menurunkan benda telekomunikasi yang bisa membuat seseorang berubah seketika, gadget. "Sudah puas ta, keliling rumahnya?"

"Mas... aku rasa semua ini lebih baik aku waqofkan untuk taman belajar anak-anak yatim piatu."

Berbeda dengan barang hadiah atau sodaqoh. Barang waqof memiliki peraturan yang lebih ketat dalam kepemilikannya. Seperti saat ada tanah yang diwaqofkan untuk pembangunan masjid. Maka tiada yang boleh membangun bangunan selain masjid saja.

Bahkan sebelum ada ijma' ulama. Membangun tempat wudhu, gudang, dan lahan sisa yang dimanfaatkan untuk hal yang lain sangat diharamkan. Namun, para ulama kontemporer dapat memberikan jalan keluar atas problematika tersebut. Mereka menyepakati bahwa pemanfaatan lahan sisa itu diperbolehkan jika untuk menunjang masjid tersebut.

Uniknya lagi, barang waqof merupakan barang yang haram untuk dimuamalahkan. Karena status kepemilikan tanah waqof masih akan terus dibawa oleh si empunya, bahkan jika ia telah meninggal. Namun, problematika umat sekarang. Penyerahan barang waqaf itu telah sah secara agama, tetapi belum legal secara undang-undang. Sehingga ketika ada tuntutan pajak dari negara, orang yang di pasrahi barang waqaf akan kebingunggan sendiri.

Oleh sebab itu, sebaiknya setelah sah secara agama, haruslah segera di urus surat keterangan tanah waqaf ke lembaga yang berwenang. Agar tiada menjadi masalah di hari esok kelak. Dan agar tiada pertikaian antara ahli waris dan ahli waqaf, yang sampai ke Mahkamah Agung.

Betapa berbinar hati yang telah bersemi itu. Bidadari ini sungguh memiliki sifat yang begitu mulia. Memandang kebutuhan orang tuanya yang telah tiada, membuat keputusannya ini akan menjadi amal jariyah bagi keduanya. Amal yang akan selalu memberikan pertolongan kepada mereka, saat di alam kubur hingga saat yaumul hisab.

"Mas... bisa antar Ratna ke makam abi dan ummi?"

Tanpa berkata apapun, ia pun segera memenuhi permintaan dari bidadari mulianya ini. Segera ia pacu kendaran berplat B ini secepat mungkin yang ia bisa. Mengarahkan keduanya ke tempat persinggahan ketiga, setelah alam rahim dan alam dunia fana ini.

Sesampai di sana. Ia pun segera memimpin menuju lokasi yang diinginkan sang kekasih. Karena dibelakangnya, sang bidadari tengah berjuang untuk menahan bendungan air mata yang telah membuat matanya lebam. Ia pun segera berjongkok di samping dua makam baru yang masih bertebaran bunga-bunga yang masih basah. Bunga-bunga yang akan memintakan ampunan kepada mereka, layaknya pelepah kurma baru yang di belah oleh sang Al-mustofa.

"Allohumaghfirli dzunubi waliwalidayah warhamhuma kama robbayani soghiroh... Robbana atina fiddunya khasanah, wa fil akhiroti khasanah, wakina 'adzabannar... Al-fatihah," ujarnya mendoakan orang yang telah meninggal ini. Yang kemudian diamini oleh sang kekasih yang sudah tak kuasa menahan butiran air matanya.

"Ratna tak perecaya, mereka telah menghadap kepada Sang Kuasa."

"Ikhlaskan saja mereka. Pasti ada hikmah di balik semua cobaan ini," ucapnya menghibur kekasih hati, agar tak larut dalam lembah keterpurukan. "Sekarang, kita jalan-jalan dulu ya."

Ia pun menurut, sedari mengikuti langkah seseorang yang kini menjadi petunjuk jalannya. Memandang ketegaran seorang lelaki yang telah mampu membimbing dan melindunginya. Dan ia berharap juga, lelaki ini akan menjadi petunjuk jalan pada surgaNya.

Semoga Alloh menyatukan kita dalam ikatan keluarga, mas...



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang