Aku Kuliah (5)

206 7 0
                                    


Kereta api...

Sudah menjadi transportasi sakral yang harus ada di suatu negara. Kendaraan beroda besi ini, merupakan salah satu kendaraan yang mampu mencapai kecepatan yang begitu tinggi. Awalnya yang hanya bisa memanfaatkan kuda yang begitu terbatas. Kecepatannya pun sangatlah rendah, dibandingkan seekor kuda yang berlari dalam arena pacu. Kemudian tergantikan setelah sekian lama, oleh energi panas dari batu bara. Prototype yang dulu hanya dirancang sebagai kendaraan individu, kini telah mampu menarik berbagai benda lain di ekornya.

Dengan maraknya revolusi industri di dataran Inggris pula. Menjadikan kereta sebagai satu-satunya kendaraan yang mampu membelah bumi dengan waktu yang relatif singkat. Di tambah pula dengan geliat perekonomian yang semakin meninggi. Membuat kereta pun diproduksi secara masal, dan diperkenalkan ke berbagai negara tetangga. Hingga pada akhirnya dipergunakan khusus sebagai gerbong penumpang, yang berjumlah lebih banyak dari pada transportasi lain.

Selanjutnya, mulai di kenal pula kereta yang dimotori oleh diesel. Kereta tersebut mampu mengurangi pengeluaran batu bara yang telah mulai langka. Di sisi dunia yang lain, muncul pula kereta yang memakai listrik sebagai lokomotifnya. Dan yang terbaru, ialah kereta yang memanfaatkan gaya magnet yang ternyata mampu menopang berat ular besi itu.

Perjalanan kereta yang begitu panjang, membuat banyak penumpang merasakan jenuh dan bosan. Oleh sebab itulah, agar waktu terlewat dengan begitu cepat. Mereka pun mensiasatinya dengan tidur, atau sekedar mondar-mandir di seluruh gerbong kereta. Namun, berbeda dengan penumpang yang satu ini. Ia yang terasa belum pernah menaiki transportasi ini, selalu menghembuskan nafas beratnya untuk menyeimbangkan hemoglobin dalam tubuhnya.

Ia yang melihat tingkah laku yang berbeda, segera menghiburnya. "De lihat ini." Ucapnya sedari menunjukkan trik jempol yang terputus.

Ia yang merasa belum pernah melihat trik itu, hanya bisa tertawa manis menutupi mulutnya. Bukan karena sulap yang sukses dilakukan kekasihnya ini. Namun ia begitu menghargai segala upayanya, yang selalu berusaha untuk menghibur dirinya.

"Mas, dulu Ratna tuh pernah sekolah dimana?" tanyanya iseng, karena merasa tak nyaman bila terus merepotkan seseorang yang sudah kelihatan lelah ini.

Mendengar pertanyaan sang kekasih, ia pun sempat tercengang mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang belum pernah ia fikirkan sama sekali. Pertanyaan yang ternyata mampu menyeka waktunya untuk berfikir.

"Kok diem."

"Kamu dulu itu sekolahnya bareng dengan mas."

Mendengar jawaban yang begitu tegas, membuatnya hanya bisa terdiam. Bukannya ia takut, tapi baru kali ini, sang penjagannya ini melakukan tindakan yang menurutnya aneh. Walaupun sebenarnya ia mempercayai sepenuhnya perkataan dari sang kekasih. Ia takkan pernah ingin menanamkan rasa ragu di benaknya, akan setiap kata yang telah ia dengar, walaupun hanya satu detik saja.

"Kenapa de bertanya seperti itu?" tanyanya memecah keheningan yang telah tercipta atas tindakannya.

Kemudian ia menceritakan, kalau dirinya pernah bermimpi hidup dengan orang-orang yang berpakaian begitu sederhana. Banyak pula tulisan-tulisan arab yang tersusun rapi dari kanan ke kiri. Sementara dirinya sendiri tengah memakai kostum Madrasah Aliyah yang selalu dipakai setiap hari senin.

Selanjutnya, mimpinya itu menggambarkan bahwa ia tengah menulis huruf-huruf arab yang tak bisa ia baca. Namun, tangannya terasa begitu lincah menulis kalimat-kalimat yang hampir mirip seperti bahasa indonesia pada umumnya. Tulisannya itu ternyata berbackground lembaran kertas yang terlihat begitu kusam. Diiringi oleh suara yang seperti memakai logat jawa.

Tatapan kebingungan ini pun hanya tersambut oleh kebisuan yang tak berujung. Membuatnya harus memfikirkan keras makna yang tersirat dari mimpi semalam. "Mas... mas tahu ngak maksud dari mimpi Ratna?"

Dengan kedipan berkali-kali, layaknya seseorang yang tengah kelilipan. Ia pun segera menjawab pertanyaan dari kekasihnya. "Maaf de, mas ngak tahu," jawabnya seraya membuang pandangan ke jendela luar.

Ia pun dengan gaya judes yang dimilikinya, hanya bisa terdengus keras. Menelan pil kekecewaan yang harus di telan, atas jawaban yang tak bisa memuaskan dahaganya. Padahal dirinya sendiri ingin sekali memahami maksud dari mimpinya ini.

Ah tidak mungkin mas Tofa membohongiku...



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang