Dia Itu, Anis (1)

170 5 0
                                    


Deretan bangunan yang tertata rapi seolah menunjukkan kegagahan mereka kepada dunia. Menjadikan segala makhluk yang lewat di antara mereka selalu meletakkan kata syukur di lisan mereka. Tangan-tangan manusia yang begitu kecil, bisa membuat bangunan yang begitu kokoh terterjang angin dan panas. Bukan hanya itu pula, ditambah dengan bagian inti yang masih begitu misteri bagi ilmu pengetahuan yang begitu modern.

Otak yang terdiami oleh akal. Menjadikannya berbeda dengan otak yang dimiliki makhluk lainnya. Akal yang sejatinya masih misteri, hanya bisa teranalisa oleh berbagai hipotesa oleh para ilmuan. Namun, seberapa dalamnya pendapat mereka, aktivitasnya hanya mampu dianalisa melalui bagiannya saja. Layaknya manusia yang digolongkan oleh RT dan RW. Begitulah rahasia akal, yang masih begitu misteri mengungkapkan saraf-saraf manakah yang mengerakkan manusia untuk ini dan itu.

Banyak pula pintu-pintu di sini yang sudah mempunyai nama-nama tersendiri dalam kegunaannya. Sebuah nama yang akan di kenali setiap orang yang ingin memperdalam ilmunya. Di samping pembagian nama yang membentang, mereka pun menorehkan kursi-kursi yang tertata rapi di dalamnya. Semua ini merupakan sarana dan prasarana yang harus ada guna menunjang proses pendidikan.

Matanya pun tak pernah berhenti memandang keindahan dari karya tangan manusia ini. Sebuah lorong yang bersih membentang dari belakang sampai di ujung matanya memandang. Membuat bangunan ibu kota yang begitu megah, serasa tersaingi oleh bangunan-bangunan ini.

Langkah mereka pun terhenti di depan sebuah pintu jati itu. Tercantumlah sebuah papan nama petunjuk yang ada di atas dua daun pintu tersebut. Kesekertariatan, itulah nama yang tercantum, menunjukkan bahwa di sini adalah tempat pendaftaran peserta didik baru.

Di dalam sana, lelaki ini pun segera memperkenalkan orang yang berada disampingnya ini. Ia pun menjelaskan kembali perihal keterlambatan mendaftar ulang, seraya menyerahkan surat keterangan yang sudah terbubuhi oleh tanda tangan ketua panitia PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru). Surat itu pun segera diterima oleh staf yang mengurusi pendaftaran dan administrasi tersebut.

Namun, entah mengapa, wanita yang masih tak mengerti atas semua ini. Hanya disodorkan selembar kertas formulir saja yang harus segera diisinya. Memang dalam perjalanan tadi, kekasihnya sudah memberitahunya, kalau segala keperluannya di perguruan ini, sudah dihandle olehnya.

"Mas, ini harus di isi apa?"

"Di isi MAN 2 Jakarta," ujarnya memberikan petunjuk untuk pengisian kolom Riwayat Pendidikan.

Seperti pada umumnya. Formulir itu berisi tentang nama, tanggal lahir, alamat, riwayat pendidikan, dll. Namun dalam kertas ini, ternyata ditambahkan surat perjanjian, untuk menjaga nama baik kampus ini. Selang beberapa menit, akhirnya ia pun dapat menyelesaikan formulir pendaftaran ini.

"Terima kasih pak."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang