Dia Itu, Anis (4)

158 5 0
                                    


Banyaknya karakter dan tipe orang yang mendiami kamar-kamar ini. Mulai dari kamar yang begitu sepi, serasa tak berpenghuni. Kamar yang begitu ramai layaknya pasar musiman. Ataupun kamar yang seperti diskotik yang menjajalkan musik yang sedemikian kerasnya. Hingga membuat telinganya ini begitu merasakan denyutan kesakitan. Tapi, di balik itu semua. Semua keunikan ini terasa mampu melonggarkan dadanya, yang sedari tadi penuh dengan rasa ketakutan dan kesendirian.

Memang berbeda sekali nuansa rumah dengan nuansa asrama. Keadaan rumah yang biasanya tenang dan sepi, terasa berbanding terbalik dengan tempat ini. Jika di rumah hanya ada beberapa orang saja, sedangkan ditempat ini banyak berkumpul berbagai macam orang, dari berbagai macam tempat. Sehingga akulturasi budaya pun nampak sekali dalam keseharian mereka.

"Mba Ratna, sekarang tinggalnya sekamar dengan Anis ya," ucapnya setelah membuka gagang pintu yang mempunyai tempelan yang memotivasi itu.

Semua pasti ada jalannya. Tetap semangat!!!

Ia yang belum tahu apa-apa, hanya bisa mengiyakan segala perkataan dan arahan dari adik sepupunya ini. Ia percaya, jika adiknya ini adalah orang yang mampu dijadikannya teman terbaik yang ia miliki. Mungkin, ini akan menjadi awal kehidupan baru baginya, termasuk mendapatkan teman. "Nis, kamu sudah berapa lama di sini?" tanyanya mencoba mengakrabkan diri.

"Baru mba. Sekarang saja masih ikut kegiatan ospek," jawabnya membuang rasa canggung yang sebenarnya masih tertanam dalam di hatinya. Hal itu disebabkan karena perbedaan usia satu tahun yang serasa menjadi sekat tak terlihat di antara mereka. Sambil mencoba menggambarkan situasi kampus, ia pun mendudukan dirinya di ranjang kamar yang begitu empuk. Menceritakan segala hal yang ia tahu, karena di masa yang akan datang. Mungkin wanita ini akan membutuhkan informasi ini.

Setelah itu, ia pun segera menjelaskan segala hal tentang kegiatan yang diberi nama ospek itu. Sampai komentarnya tentang cara pengospekkan di kampus ini. "Pokoknya asik banget mba."

"Andai aku bisa ikut."

"Lho, apa mba ngak ikut?"

Perempuan ini hanya mampu menggelengkan kepalanya. Disertai dengan senyuman tanda iri yang tak bisa ia ungkapkan. Merasakan keanehan akan tindakan sang kekasih yang tak memberitahukan kegiatan menarik ini kepada dirinya.

"Eh mba... tadi ada hal lucu banget," ucapnya memecah kesedihan itu, menghibur seseorang yang tengah murung ini.

"Apa?"

"Tadi ada seorang anak, yang mampu membuat kakak pionernya sampai naik pitam."

"Maksudnya?"

"Kan kemarin itu lagi jadwalnya kegiatan di dalam ruangan. Ketika pagi sih dia masuk, tapi pada siang hari malah ngak ada. Pioner pun marah, karena menganggap anak ini tidak sopan dan bla... bla... bla... lah...

Ditanyain ke satpam, katanya belum ada yang pulang melewati gerbang asrama. Karena kita kan pakai dresscode khusus. Jadi mereka tahu kalau ada di antara kami yang pulang duluan. Makanya, Anis juga takut untuk kabur. Hehe.

Terus, semua pioner jadi kalang kabut, takut dimarahin sama pembina mungkin. Denger-denger, memang sekarang dosen yang jadi pembina galak banget. Jadi, ketuanya menyuruh anggotanya untuk mencari si biang kerok ini," jelasnya sambil menggambil nafas untuk mengisi rongga yang sedari tadi telah mengempis. "Tahu ngak mba, ketemunya di mana?"

Ia yang sedari tadi memperhatikan, hanya dapat menggelengkan kepalanya lagi.

"Tidur mba," ucapnya mengeluarkan tatapan dalamnya kepada orang yang ada di depannya. "Beh... semua peserta pun jadi kena imbasnya mba... di bentak-bentak... di salahin lah pokoknya..." sambungnya memicingkan pandangannya, seperti seseorang yang begitu jengkel.

"Tapi untungnya Alloh maha adil mba... lha kok tiba-tiba pembina datang... wuuhhh... habis tuh semua pioner dimarahi... Kita sih yang duduk di belakang, hanya bisa bilang kapok... kualat kan..." sambungnya tertawa bahagia.

"Terus ketemu tidak itu, si biang kerok?"

"hmmm..." gumamnya judes. "Tahu ngak mba, ketemunya itu lho tidur di samping gudang. Jadi ngak kelihatan deh, kalau dari luar." sambungnya cepat.

"Laki-laki atau perempuan?'

"Laki-laki mba."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang