Pesantren Itu Apa? (1)

113 5 0
                                    


Satu tali penghubung dengan masa lalu telah muncul di depannya. Memberikan informasi tentang kepingan masa lalunya. Namun, sumber yang tak bisa dipercaya. Dan informasi dasar yang di berikan sang kekasih. Membuatnya terasa terjepit antara semua kemungkinan yang mungkin bisa saja terjadi.

Apalagi dengan sikap lelaki yang memberikannya undangan ini. Sorot mata dan kata-kata yang terucap dengan tegas, serasa membuat semua pendengarnya meyakini hal tersebut sebagai kebenaran. Begitu pula dengan dirinya. Ia sempat goyah dengan deraian doktrin informasi itu.

Sehingga memancingnya untuk melakukan hal ini, menelpon Contact Person yang tertera. Guna tabayyun dengan tempat yang di tuju. Sikap yang harus didahulukan ketika ada orang fasik, atau orang yang tak dipercayai datang memberikan informasi.

Namun, kini telah muncul berbagai golongan yang mulai memulai doktrin atau memberikan informasi yang tak masuk akal. Mereka yang cenderung menyalahkan orang lain, tanpa melakukan tabayyun terlebih dahulu kepada pihak yang dituduh atau yang dimaksud. Di sisi lain, ketika mereka tengah di tuduh orang lain. Mereka akan sangat gencar berkoar-koar untuk melakukan tabayyun.

Kembali kepada Alquran dan Hadist yang menjadi pedoman, serasa begitu syad di dengar. Ketika mereka dengan serampangan menafsirkan kedua pedoman umat islam ini seenak mereka sendiri. Dalam waktu yang bersamaan, mereka juga menyalahkan dan mensyirikkan golongan lain yang tak sepaham dengan mereka. Dengan kata lain, mereka menuduh orang lain syirik, berdasarkan pengamatan semata atau bertabayyun kepada subjek yang salah, yaitu orang awam yang tak tahu dalil. Parahnya, mereka juga mendoktrinkan hal tersebut kepada pengikut pengajian mereka, yang sama-sama orang awam. Hingga sosial media dan media streaming menjadi tempat subur tumbuhnya golongan-golongan ini.

Mereka itu terasa menjadi duri dalam tubuh umat islam ini. Terlebih doktrin yang diperkuat dengan sikap keras dan serasa benar sendiri. Membuat mereka serasa memiliki surga dengan cara monopoli. Mendekte Alloh swt. harus sesuai dengan kehendak atau fatwa mereka.

"Mba kenapa?"

"Ngak apa-apa," jawabnya yang tengah sibuk membayangkan tempat yang pernah terkenal dengan sebutan sarang teroris itu. "Eh, nis kamu tahu pesantren ngak?" tanyanya melihat adiknya yang kini duduk di sampingnya.

Ia pun berfikir sejenak, menyusun kata-katanya dari semua pengalaman yang ia dapatkan. "Menurut orang-orang yang pernah Anis dengar. Pesantren itu tempatnya orang-orang kumuh. Banyak siksaan dan tekanan disana mba."

"Maksudnya bagaimana nis?"

"begini lho mba. Sepertinya di sana itu tempatnya ngak sebersih di tempat lain. Kalau di kota-kota besar sih kaya rumah-rumah di kolong jembatan dan pinggiran sungai itu. Apalagi mba, di sana itu banyak tekanan. Suruh hafalin ini lah itu lah dalam waktu yang sangat singkat," ucapnya bersemangat. "Tahu ngak mba, hukumannya kalau mereka tidak sanggup?"

"Apa?"

Ia pun segera berdiri, seraya memegang sapu yang diambilnya dari pojok ruangan. Ia pun memukuli udara dengan batang sapu itu, membayangkan sedang mencambuk anak yang sangat nakal. "Pokoknya mba... serem banget," tambahnya mengekspresikan apa yang ia rasakan.

"Tapi, apa bener itu nis?"

"Ngak tahu mba... tapi kalau beneran gimana? Baru dibayangin saja udah nyeremin banget," ucapnya seraya mengembalikan sapu itu ke tempat semula. "Emang kenapa mba tanya tempat itu?"

"Em.. begini, besok ikut aku yuk, ke pesantren."

"Hah? Ngapain?"

"Ada deh.." jawabnya menyembunyikan tujuannya. "Mau ngak? Sekalian membuktikan teorimu itu?"



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang