Siapa Kamu (2)

132 3 0
                                    


Perlakuan yang tak pernah ia duga, yang ia dapatkan. Terasa begitu mengusik hatinya. Entah dengan mantra apa, sehingga ia begitu ingin mendengarkan suara orang itu, walau hanya satu kata.

Terlebih, dengan tatapan yang telah membuat dasar hatinya berperang. Membuatnya seakan menjadi orang terbodoh di dunia ini. Ia yang kini begitu terobsesi untuk mendapatkan kata maaf yang sedari tadi tidak pernah terucap dari kebisuan itu.

Idenya sekarang, ia akan berdandan secantik dan seelegan mungkin. Karena ia berfikir, cara biasa takkan mampu mempan padanya. Terlebih dengan kecantikan yang ia miliki, ia bertujuan agar hati orang yang akan dimaksud akan luluh di hadapannya. Sehingga ia bisa mendapatkan maaf darinya. Bahkan ia yakin, ia akan mendapatkan sesuatu yang lebih.

Kado yang sedari tadi sudah ia persiapkan dari rumah. Kini ia sembunyikan di belakang tubuh berbalut kemeja biru itu, mencari target yang telah ia dapatkan info keberadaannya. Tak kala melihat orang yang di cari, yang tengah duduk di kursi perpustakaan sedang membaca komik. Ia pun segera meluncurkan serangan mendadaknya.

"Em... hai.."

Mata itu pun hanya melirik sekejap kepada seseorang yang tengah berdiri di depannya. Menandakan bahwa pemiliknya tak ingin membuka pembicaraan dengannya. Mungkin juga bisa berarti bahwa ia hanya sekedar memastikan apa benar ucapan itu ditujukan kepadanya.

"Maaf ya atas kejadian kemarin," ucapnya sambil mendekatkan tubuhnya agar dapat tahu, apakah yang sedang di baca oleh seseorang yang tengah mengacuhkannya. "Baca apa sih?" gerutunya karena merasa tak dihargai.

Dan betapa terkejutnya ia, mendapati buku berkertas kuning yang lebih kecil itu. Buku kecil yang disembunyikan di dalam komik yang ia kira sedang sibuk dibacanya. Hingga ia sampai tak menghiraukan dirinya.

Terdengar pula, suara yang begitu lirih dari mulutnya. Seperti bacaan yang menurutnya begitu sulit difahami. Tapi ia tahu sesuatu, bahwa konsonan dan vokalnya merupakan susunan huruf hijaiyyah. Kata-kata yang ia pelajari waktu masih di bangku sekolah dasar. Namun sekarang telah ia nomor duakan, karena faktor kegiatan yang lain, yang begitu mencegahnya untuk kembali.

Entah perasaan apa yang tengah di rasakan oleh dirinya. Ia merasa begitu malu dengan penampilannya sekarang. Orang yang ada di depannya ternyata bukan orang biasa. "Maafkan aku," ucapnya benar-benar malu akan perkataan dan gaya pakaiannya sekarang.

Namun, orang yang dimarahinya dulu ketika kegiatan ospek, sangat begitu menyebalkan. Ia terasa begitu marah kepadanya, karena masih saja mengasuhkannya. Dan kecerobohannya pula, bahwa ia lupa mencari tahu nama orang yang masih tak menghiraukannya.

"Mas, tolong maafkan aku," ucapnya seraya mengerakkan tangan untuk menyentuh seseorang yang dulu berpapan nama si monyet ini.

Dengan gesit, lelaki itu mencoba menghindar dari sentuhan itu. "Mba, saya tidak marah kepada anda. Tapi tolong janggan ganggu saya lagi. Kita ini bukan muhrim." Ucapnya memusatkan pandangan ke bola mata yang merasa bersalah itu.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang