Penyatuan Hati (5)

94 2 0
                                    


Langkah kaki yang telah melewati beberapa halang rintang. Menyusuri berbegai macam jalan setapak, yang terkadang tak kasat mata terlihat. Rerumputan yang tinggi melebihi mata kaki. Ataupun jalan lempung yang tak ingin mereka melangkah dengan mudah. Karena adanya rintikan air dari langit, menambah gemburnya tanah hitam ini.

Terkadang, mereka harus berhenti sesaat. Guna membersihkan alas kaki yang telah bertambah beratnya. Ranting-ranting kering, batu, atau pun kerikil pun menjadi alat yang mereka gunakan.

Mendung yang semakin menghitam. Seolah menambahkan rasa adventure mereka, agar semakin menantang dan memacu jantung agar berdegup lebih cepat. Membasahi jalan dan tubuh, yang telah berselimut keringat.

Letih yang semakin terasa, kini mulai mengharuskan mereka untuk sesekali mencuri nafas. Meredakan urat tubuh yang sudah mulai memberontak bila terus dipaksakan. Membuat rasa ngilu semakin merajai pada setiap sendi tubuh.

Namun, semangat lelaki ini malah berkebalikan dengan semua itu. Ketika jarak semakin dekat dengan garis finish. Langkahnya pun masih saja kuat untuk terus melangkah maju. Naik turunnya jalan, kondisi jalan yang tak layak, dan guyuran air yang mulai menghalangi. Terasa tak bisa menghalangi niat yang semakin terbakar mendapati itu semua.

Bagaimana keadaanmu sekarang?

Apakah aku terlalu lama meninggalkanmu?

Tunggulah aku...

Sebentar lagi aku akan mengajakmu ke tempat indah itu...

Ungkapan yang serasa menjadi bara api, membakar kebulatan tekadnya untuk segera menyelesaikan perjalanan ini. Mengisi kekosongan hati wanita yang tengah begitu lemah, agar tiada putus asa baginya. Terlebih ia harus mencoba lebih keras lagi, agar senyum dan kebahagiaan wanita itu dapat kembali. Menyatukan kembali dua hati yang sebenarnya saling mencintai, tetapi terpisahkan oleh rekayasanya.

Agar seluruh kesalahannya di waktu lalu, dapat terhapuskan. Keegoisan yang telah ia rajakan, dapat ia lengserkan. Menebus dirinya sendiri dari stempel pendusta, walau cuma satu detik. Itulah harapan lelaki yang bernama Tofa ini.

"Fa, nyantai saja. Masih panjang perjalanannya," ucap salah satu anggota yang tepat di belakang sang ketua regu.

"Tapi kita sudah setengah jalan."

"Aku tahu, tapi kasihan teman-teman yang lain. Ini pengalaman pertama mereka jadi jangan di paksakan."

Ia pun segera melihat seluruh anggota yang ada di belakangnya. Kembali, ia pun menyadari keegoisannya ini. Memahami setiap keadaan anggota regu yang lumayan jauh tertinggal di belakangnya.

Tes.. tes..

Suara air langit yang turun menyerbu bumi. Menerjang halangan dedaunan hijau yang tak mampu menahan beratnya. Menghujam tanah dengan kekuatan yang didukung oleh gravitasi ini.

Air asin itu pun mulai membasahi tubuh mereka. Tetesan yang setiap detiknya, mulai bertambah cepat dengan berlipat-lipat jumlahnya. Membuat raut wajah mereka pun tak lagi lelah.

"Roger.. roger.. kantor pusat.. kantor pusat.. di sini regu lima.. sedang turun hujan deras di sini minta izin untuk berhenti dan mendirikan tenda darurat di antara pos lima dan enam," ujarnya sigap, sebagai ketua regu. Mengabarkan kondisi terkini dari regunya. Supaya ketika ada kejadian tak diinginkan. Kantor pusat dapat menelusuri jejak mereka.

"Informasi diterima... silakan mendirikan tenda."

"Baiklah.. karena hari hujan, kita disuruh bertahan di tempat ini. Karena rute jadi berbahaya jika hujan turun."

Para anggota yang telah mengerti situasinya. Dengan sigap telah mampu menguasai keadaan di sekitar mereka. Itu semua tak lepas dari petunjuk yang telah diberikan di awal perjalanan.


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang