Penyatuan Hati (4)

97 2 0
                                    


Dirinya yang tidak ikut serta dalam hiking rally. Membuatnya merasa begitu kesepian di tempat ini. Hanya liontin kenanganlah, yang mampu menghibur dirinya sekarang.

Sudah setengah jam ia memutari perkemahan yang nampak begitu sepi. Perlahan rasa jenuh pun datang menghampiri dirinya. "Mba, kalau air terjunnya ada di sebelah mana?" tanya Ratna kepada seseorang yang tengah duduk di kursi panitia. Seseorang yang sedang memonitor keberadaan seluruh anggota regu yang tengah dalam perjalanan.

Air terjun..

Tempat terindah, yang dikatakan oleh seseorang yang telah begitu dalam mengecewakannya. Namun, ia sudah tak memfikirkan hal itu. Ia sudah tak ingin memiliki rasa amarah yang menguasai dirinya. Ia yakin, dendam hanya akan menghasilkan keburukan pada dirinya. Meskipun awalnya akan ada rasa puas pada awalnya. Akan tetapi pada akhirnya pasti hanyalah sebuah penyesalan. Entah sekarang di dunia, ataukah di akhirat kelak.

Sebenarnya, ia memutari seluruh tempat itu bukan tanpa alasan. Ia sebenarnya ingin menuliskan seluruh keluh kesahnya. Namun, sebelumnya ia lupa membawa buku yang baru saja kembali padanya. Sehingga ia hanya mempunyai selembar kertas di tanggannya.

Tiba-tiba ia mendapatkan ide yang cemerlang setelah teringat tempat meloncatnya air-air itu. Ia ingin menghanyutkan kertas itu, ke aliran air yang ada di bawahnya. Perahu kertas yang akan melewati setiap celah batu terjal yang membelah aliran airnya. Menciptakan jalur tersendirinya untuk terus melangkah. Hingga pada akhirnya perahu itu akan menghilang.

Ia hanya ingin, hal ini menjadi sebuah akhir dari segala dilema hatinya.

Ia sudah mendapatkan jawaban dari pangeran masa lalunya. Ia tak mau lagi mengganggu kebahagiaannya. Bahkan ia akan rela menerima segala keperihan hati ini. Ia hanya berharap, bahwa ini adalah yang terbaik untuk sang pujaan hati.

"Di sana... naik bukit itu dan turun melewati jurang," jawab wanita yang tengah fokus dengan tugas yang diembannya.

"Kamu mau kesana?" tanya lelaki yang ada di samping wanita itu.

"Iya mas."

"Perlu teman ngak?" tanya lelaki yang menjabat sebagai ketua panitia ini.

"Ngak usah mas. Deket kok. Lagian aku juga pingin sendiri."

"Ya sudah, hati-hati ya.."

"Makasih mas."

Langkahnya pun mulai pergi meninggalkan tempat komando itu. Segera, ia menuju ke tempat yang telah diceritakan Tofa. Sebuah tempat yang seharusnya akan mereka kunjungi sore nanti, ketika perjalanan ini telah usai.

Tempat di mana ia berharap akan menemukan ketenangan. Ketika ia menapakkan kaki, menyentuh dinginnya sang air. Melihat deburan air yang begitu memanjakan mata. Menghirup udara yang bercampur dengan kabut embun. Dan mendengarkan melodi dari air yang selalu berubah-ubah setiap detiknya.



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang