Liontin Ini (5)

88 3 0
                                    


Abu-abu warna pun semakin memudar. Seiring dengan kesadaran yang telah kembali dalam sanubarinya. Matanya pun terpancing dengan relungan sedu, tangis yang datang menghampirinya. Rasa sakit di punggung pun masih terasa begitu menyiksa sarafnya.

"Yul..." ucapnya khawatir.

Ia pun segera mendudukkan diri. Agar seseorang yang sedari tadi menggoyangkan tubuhnya mendapatkan rasa aman. Tangan kanannya pun masih sibuk mendeteksi rasa sakit dari punggungnya.

Seiring dengan itu, ia mulai terpaku pada fakta lain. Entah mengapa, suara sedu yang sedari tadi ia dengar. Ternyata berasal dari wanita yang sedari tadi menemaninya.

Astaghfirullohal'adzim...

Itulah kata pertama yang muncul dalam sanubarinya. Melihat kondisi wanita ini yang hanya menutupi tubuhnya dengan kaos dan celana jeans ketatnya. Entah terbang kemana jilbab yang melindungi mahkotanya, rambut. Entah mengapa pula, semua yang dikenakan wanita itu, lucek, lesu, dan kusut. Ditambah pula dengan suasana hati yang jika terdengar terasa mengiris hati.

Dengan sigap, penglihatannya pun segera menyusuri tempat ini. Mencari pelindung mahkota yang sudah sering dilupakan, atau bahkan hanya dijadikan sebagai model fashion. Segera setelah ia menemukan benda itu, ia pun segera memungutnya, menutupkannya pada mahkota itu. Walaupun tak sempurna.

"Yul.. kamu tidak apa-apa?"

Tak ada jawaban apapun dari mulut yang terlalu pilu itu. Hanya tubuh yang telah gontailah yang menjadi pelakunya. Merebahkan tubuh yang sudah lemah itu, bersandar kepada lelaki ini.

Tangannya pun terasa memiliki kekuatan baru. Mulutnya pun sudah tak bisa ia tahan untuk tak menjeris sepuasnya. Dan mata ini pun sudah terlalu lama menahan air mata yang sedari tadi membasahi pipi.

Lelaki ini pun tahu. Bahwa sebenarnya ini salah. Tapi mau bagaimana lagi. "Sudah... sudah..." ucapnya menghibur wanita ini. Ingin sebenarnya anggota tubuhnya membalas semua tindakkan wanita ini. Tapi, entah mengapa. Semua badannya seperti ada yang mencengkramnya erat. Mencegahnya untuk membalas pelukan itu.

Setelah suara, air mata, dan pelukkan itu melemah. Ia pun segera melepaskan jeratan itu. "Pakailah dulu pakaianmu," ucapnya sedari memasangkan kembali kerudung yang telah jatuh di tanah. Ketika wanita ini menerjangnya, dengan sekuat tenaga.

Ia pun segera memakainya kembali, memasang pengait yang masih tertinggal di sana. "Mam, aku takut pulang," keluhnya membayangkan perlakuan orang rumah. Jika tahu bahwa dirinya sudah tak lagi suci.

"Tenang saja. Aku akan bertanggung jawab," ucapnya yang merasa bersalah. Karena ia sebagai lelaki, telah gagal melakukan tugasnya. Tugas untuk melindungi makhluk yang lemah ini.

"Tapi mam. Ini bukan perbuatanmu."

"Lalu, siapa lagi yang harus bertanggung jawab?"


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang