Pembohong Besar (6)

95 2 0
                                    


Jutaan bintang terang, terkalahkan oleh teriknya sinar sang mentari. Melewati lorong ruang hampa tanpa ada penghalang lagi. Menjadikan keindahan malam, tersilaukan oleh besarnya pusat cahaya galaksi bima sakti ini.

Ruang hampa yang bisa tertembus sinar sang surya. Terasa tak bisa menembus ruang hati yang begitu gelap ini. Membuat ruangan ini hanya dapat dimasuki beribu tanya akan kebisuan dari jawaban yang begitu tak masuk akal. Perubahan yang begitu cepat, membuatnya masih saja mendapatkan prasangka lain.

Apakah benar jawaban itu ia ucapkan tulus?

Ataukah ada orang lain yang memaksanya?

Tempat yang begitu ramai ini pun masih terasa sepi baginya. Padahal awal tujuannya kemari dengan sang adik adalah untuk melepas penatnya yang sudah memuncak. Namun, langkah kaki di Megastore in, masih saja terbelenggu dengan angan yang menuntutnya untuk mempertanyakan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Kemungkinan siapakah pelaku sebenarnya dari pil kejadian pahit yang telah ia minum, dari sang kekasih, ataukah dari orang lain.

"Mba, kita makan dulu. Laper..." ujarnya merasakan hal aneh atas sikap sang kakak yang masih saja diam membisu. Seolah-olah hanya tubuhnya saja yang bersamanya. Sedangkan hati dan fikirannya telah mengembara entah kemana.

Ia pun segera memesan untuk menyantap menu makan siang mereka. Hal itu ia lakukan, karena ketika ia menawarkan draft menu yang ada. Hanya muncul satu kata penuh makna, terserah.

"Mba kenapa?"

Ia pun melihat adiknya ini dengan tatapan misterius, menandakan bahwa ia sedang ingin mendiskusikan sesuatu yang penting. "Nis, sepertinya mas Imam berubah," jawabnya singkat.

"Berubah bagaimana mba?"

"Sekarang dia hanya diam membisu ketika bertemu denganku. Walaupun aku sudah berusaha untuk meyakinkannya kalau aku sayang kepadanya. Dia tetap saja mengacuhkanku, seperti ada yang memaksanya melakukan hal itu. Aku dapat melihat itu dari sorotan matanya."

Nada deringnya pun kembali berbunyi. Ditambah dengan getaran handphone yang seirama dengan musik itu. Menandakan ada panggilan masuk ke handphonenya. Membuatnya harus meninggalkan kakaknya sendiri, yang masih termenung memfikirkan alasan kekasih sejatinya melakukan hal itu.

"Rat.."

Suara ini...

Pandangannya pun tertuju pada seseorang yang tengah ada di hadapannya. "Ada apa kamu mencariku?" tanyanya mencoba memendam amarahnya. Menolak kontak mata langsung dengan penghianat ini.

"Aku mau minta maaf."

"Tapi mas, kesalahanmu kali ini sangatlah besar dari pada surat yang telah kau tulis untuk memisahkanku dengan Imam," ucapnya teringat masa lalunya. Saat awal ia mendapatkan derai perpecahan, setelah susah payah mereka bersatu. sejak sang kekasih tertikam perutnya oleh preman yang mencoba merampoknya.

"Aku lakukan itu semua, karena aku sangat menyayangimu."

"Percuma mas. Walaupun kamu bahagia, aku tidak akan pernah bahagia."

"Tapi rat... aku akan mencoba menjadi lelaki idaman kamu."

"Bagaimana kamu melakukan hal itu. Jika kamu ini adalah seorang pembohong besar," ujarnya mengeluarkan cincin yang sengaja ia kantongi. Karena akan ia kembalikan secepat mungkin. Jari manisnya masih terlalu sakit, tak kuasa melihat kebohongan yang ada.

"Rat.. mulai sekarang aku akan jujur padamu," ujarnya melihat cincin itu sudah tergeletak di meja, di depannya. "Sebenarnya aku yang telah menyembunyikan kehadiran Imam di hidupmu. Aku hanya ingin kamu tidak menderita lagi."

"Darimana engkau tahu aku menderita? Aku akan terus bahagia bila bersamanya. Karena kami akan selalu bersama. Melangkah, melewati segala cobaan dan ujian yang membentang, menuju altar suci cinta kami. Sampai pada akhirnya, kami akan terus bersama hingga ajal memisahkan," ucapnya tegas melihat dengan kedua mata yang penuh luka dan penghianatan. Membuat lelaki ini terdiam tak mempunyai alasan lagi untuk mempertahankan pendapatnya.



Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang