Aku Kuliah (7)

172 6 0
                                    


STAINU Malang...

Merupakan salah satu lembaga yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama, kelanjutan dari lembaga pendidikan tinggi setelah Madrasah Aliyah. Ia juga merupakan salah satu tempat di negeri ini, di mana banyak mahasiswa-mahasiswa berasal dari berbagai pelosok daerah. Mereka datang kemari bukan hanya untuk menimba ilmu, namun guna mewujudkan cita-cita mereka agar menjadi suatu kenyataan.

Terkadang, ada di antara mereka yang menganggap bahwa kampus merupakan tempat bersenang-senang. Menikmati berbagai kebebasan yang menurut mereka terbatas akan awasan orang tua. Sehingga banyak di antara mereka akan begitu arogan dan egois, menjadikan diri dan kawanannya sebagai raja tunggal.

Bahkan demi mendapatkan kebahagiaan semu, mereka tega membohongi kedua orang tuanya. Tujuannya tentu selain mendapatkan suntikan dana yang lebih, juga mengamankan wajah mereka di hadapan teman-temannya. Sehingga apabila mereka tertangkap basah, alibi yang mereka pakai akan begitu njrimet, bertele-tele.

Mungkin mereka tidak pernah memfikirkan hal ini. Jika kedua orang tuanya telah rela menguras kringat energi mereka, demi memenuhi kebutuhan palsu anaknya. Menjadikan diri mereka sendiri sebagai babu atau sapi peras untuk anaknya. Walapun seperti itu, jika mereka mengetahuinya, mereka akan tetap rela membiayai anak yang telah menjadi buah cinta mereka. Karena mereka mempunyai harapan besar yang selalu diungkapkan dalam sajadah basah mereka. Semoga si anak akan mendapat kehidupan yang lebih baik dari mereka sendiri.

Namun, di suatu tempat, pasti ada sisi positif dan negatif. Begitu pula dalam lingkungan kampus ini. Ada di antara mereka juga, anak-anak yang berjuang sepenuh jiwa, demi mewujudkan cita-citanya. Entah ada dukungan dari orang tua atau tidak, mereka akan terus berjuang hingga gelar sarjana mereka dapat. Karena mereka ingin medapatkan tempat, di mana level sosial mereka yang mungkin terlalu suram untuk diungkapkan, ingin diperbaiki bahkan dirubahnya.

Bangunan STAINU yang sudah termasuk berstandar nasional ini pun sudah banyak memiliki cabang-cabang jurusan disana-sini. Sehingga tak salah, begitu banyaknya calon peserta didik yang ingin menuntut ilmu di tempat ini. Mendapatkan pendidikan yang sejatinya telah dicontohkan oleh sang pengajarnya sendiri, pengajaran materi dan pribadi.

Gerbang masuk yang begitu megah ini, terasa menyambut kedatangan mereka dengan keagungannya. Kondisi gerbang yang tertutup rapat dengan teralis besi yang terasa mengunci segala rahasia yang ada di dalamnya. Melindungi berbagai aset ilmu yang telah tertumpuk dalam perpustakaan mereka.

Dua orang yang ditugaskan untuk menjaga gerbang ini, agar kondisinya tetap kondusif. Selain tugas mereka yang menjadi benteng terahir, ketika ada berbagai kriminalitas yang akan meluber ke luar kampus. mereka pun dengan senantiasa selalu membuka mata, untuk menguasai daerah sekitar yang sudah mereka hafal sebagian besarnya.

"Assalamu'alaikum pak."

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak, melihat kedatangan kedua insan ini.

"Kemana saja? Sudah lama tidak kelihatan?" tanya seorang satpam yang bertubuh agak kekar itu, dengan berberkolom nama Joko Susilo itu.

"Lagi sibuk di rumah pak," ucapnya terasa sudah akrab dengan kedua keamanan di sini. "Begini pak, saya mau nitip barang sebentar. Soalnya mau registrasi ulang di kesekertaritan..."

"Siapa ini fa? Pacarmu?"

Ratna yang sedari tadi hanya diam membisu, membuntuti dari belakang. Hanya mampu diam tersipu, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut manisnya. Walaupun untuk menegakkan pandangannya, terasa begitu berat.

"Maklumlah ko, anak muda. Yo pantes joko ganteng sandingan sama bidadari ayu," goda satpam yang sering disapa Parman ini.

"Bener man, wis serasi pokoke."

Betapa bahagianya hati ini, mendapat pujian yang dirasa baginya terlalu tinggi ini. Serasa membuat kedatangan mereka disambut baik oleh sang pemilik rumah. Namun, ia sendiri tak mau terlarut dalam adegan ini, karena lirikan matanya mengetahui ada orang yang perlu untuk segera istirahat. "Ya sudah pak, mau ke kantor dulu," ucapnya menjelaskan tujuan kedatangan mereka.

Kedua satpam itu pun memahami perkataan itu. Mereka pun segera mempersilahkan kedua merpati ini masuk ke dalam sangkar mereka. Agar segera lekas keperluan mereka, di tempat yang terkadang tak ramah ini.

"Makasih pak, assalamu'alaikum," ucapnya berlalu masuk, bersama sang kekasih yang masih terdiam membuntuti.

"Wa'alaikumsalam."


Nadzom-nadzom Cinta Jilid 3 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang